Tampilkan postingan dengan label author. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label author. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Juli 2012

Tips-Tips kepenulisan yang beredar di Internet

Tahun 2008, saya baru belajar menulis. Saya benar-benar belum pernah serius menulis sebelumnya untuk menjadikannya sebuah jalan hidup. Berhubung tidak tahu ada sekolah yang mengajarkan seseorang menjadi penulis secara khusus, maka satu-satunya cara yang bisa saya lakukan adalah browsing internet. Saat itu mungkin bisa dibilang bahwa menurut saya, seorang penulis kuliahnya di universitas Google.com. 

Menjelajahi tips-tips kepenulisan, semakin lama saya semakin sadar bahwa perlu juga untuk membaca review-review yang diupload di blog, untuk memahami apa yang dilihat pembaca, apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan seorang penulis dalam karyanya. Namun semakin banyak tips dan artikel yang saya baca, semakin banyak pula kontradiksi maupun pro nya. Bahkan teman saya pun juga mengalami kebingungan dalam hal ini. 

Contoh, 
Penulis A mengagung-agungkan kerangka karangan sebelum menulis, sementara penulis B menyampahkan karangan karena dinilai dapat membatasi kreativitas.
Penulis A terlalu mementingkan EYD, sementara penulis B lebih melihat plot dan narasi.
Penulis A mengatakan bahwa kalimat pasif sebaiknya dihindari, penulis B mengatakan bahwa tulisan apapun bisa enak asal pandai membawakannya.

Semakin lama berkecimpung di dunia tulis menulis, saya semakin sering menemukan kontradiksi seperti ini. Antara saya dan teman saya pun sering terjadi pertentangan, terutama mengenai deskripsi. Banyak yang bilang bahwa deskripsi itu jelek dan sebaiknya dihindari. Namun menurut saya, justru nikmatnya sebuah novel itu ada pada deskripsi. Argumentasi saya; dengan deskripsi yang pas dan bagus, yang tidak melelahkan pembaca, maka novel akan mampu membuat pembaca masuk ke dalam dunianya dan terlibat dalam situasi di dalamnya. 

Solusi dari saya
Agar tidak bingung menerima tips dari penulis lain, saya anjurkan teman-teman yang bersemangat menjadi penulis ini untuk menggunakan kemampuan teman-teman dalam menyeleksi. Setiap manusia sesungguhnya memiliki bakat untuk menyeleksi sesuatu. Bahkan seleksi itu adalah sesuatu yang sangat alamiah di dunia ini.

Temukan style-mu sendiri, dan menulislah seperti itu sebaik-baiknya. Bacalah buku-buku yang memiliki hal-hal yang menurutmu sangat menarik, ambillah hikmah banyak-banyak dan belajarlah dari tulisan favoritmu, apa yang membuatmu menyukainya, atau apa yang membuat kebanyakan orang menyukainya. 

Jangan percaya pada orang yang menegatifkan kata : "melakukan semua semau sendiri".
Ungkapan itu tidak sepenuhnya negatif. Dengan bertindak semau sendiri, kita telah berbuat jujur pada diri sendiri dan menjadi diri sendiri. Namun harap dibedakan antara menjadi diri sendiri dengan bertindak jahat. 

Sekali lagi, solusi dari saya bagi teman-teman penulis yang bingung dengan kontradiksi tips-tips kepenulisan yang beredar di internet; seleksilah tips yang kau sukai dan yang bisa kau lakukan, sesuai dengan kapasitasmu, jadilah diri sendiri sebaik-baiknya.

Seperti kata bapak saya; "setiap karya punya jodohnya masing-masing."
Tulisan anda belum laku? Bisa berarti dua hal, ia hanya belum bertemu dengan orang yang menyukainya ... atau anda harus improve lebih baik lagi.


Minggu, 22 Juli 2012

Bagaimana Saya Memandang Sebuah Cerita

Banyak orang mengira saya hanya mencari sisi filosofis dalam sebuah cerita.

Saya oke-oke saja dengan anggapan itu, selama yang dimaksud dengan "sisi filosofis" itu bukan sesederhana "pesan moral". Memang saya mencari filsafat dari sebuah cerita, tapi filsafat yang dimaksudkan adalah "hakikat". Tapi berhubung afektivitas sangat subjektif, maka hakikat yang saya tarik dari sebuah karya tentu saja tidak bersifat objektif. Bagaimanapun juga karya intelektual sendiripun tercipta dari afektivitas yang sifatnya sangat subjektif, maka hampir tidak mungkin memujanya dengan penuh secara objektif.

Jadi, bila saya pikir cerita itu memiliki plot lemah namun sangat kuat di diksi dan prosa, maka hakikat cerita itu adalah untuk mengumbar kata-kata indah nan mendayu-dayu yang mampu memancing emosi dan perasaan. Bila cerita itu hendak menampilkan sebuah ideologi mengenai cinta yang bertepuk sebelah tangan, maka itulah filsafatnya, cara pandang penulisnya.

Melihat unsur filosofi dalam sebuah cerita bukan berarti melihat pesan moral. Pesan moral lebih ke arah kebaikan dan kebenaran yang sesuai dengan ideologi seseorang. Sedangkan melihat sisi filosofi dari sebuah cerita berarti melihat isi hakikat cerita itu, apa bentuk sejati dari cerita itu. Ide di balik cerita itu, dan untuk apa cerita itu ditulis.

Sayangnya tidak semua orang paham apa itu filsafat sehingga mereka lantas terkesan menyamakannya dengan "pesan moral"

Bagaimana Saya Memandang Sebuah Cerita

Banyak orang mengira saya hanya mencari sisi filosofis dalam sebuah cerita.

Saya oke-oke saja dengan anggapan itu, selama yang dimaksud dengan "sisi filosofis" itu bukan sesederhana "pesan moral". Memang saya mencari filsafat dari sebuah cerita, tapi filsafat yang dimaksudkan adalah "hakikat". Tapi berhubung afektivitas sangat subjektif, maka hakikat yang saya tarik dari sebuah karya tentu saja tidak bersifat objektif. Bagaimanapun juga karya intelektual sendiripun tercipta dari afektivitas yang sifatnya sangat subjektif, maka hampir tidak mungkin memujanya dengan penuh secara objektif.

Jadi, bila saya pikir cerita itu memiliki plot lemah namun sangat kuat di diksi dan prosa, maka hakikat cerita itu adalah untuk mengumbar kata-kata indah nan mendayu-dayu yang mampu memancing emosi dan perasaan. Bila cerita itu hendak menampilkan sebuah ideologi mengenai cinta yang bertepuk sebelah tangan, maka itulah filsafatnya, cara pandang penulisnya.

Melihat unsur filosofi dalam sebuah cerita bukan berarti melihat pesan moral. Pesan moral lebih ke arah kebaikan dan kebenaran yang sesuai dengan ideologi seseorang. Sedangkan melihat sisi filosofi dari sebuah cerita berarti melihat isi hakikat cerita itu, apa bentuk sejati dari cerita itu. Ide di balik cerita itu, dan untuk apa cerita itu ditulis.

Sayangnya tidak semua orang paham apa itu filsafat sehingga mereka lantas terkesan menyamakannya dengan "pesan moral"

POV1 dengan gender yang berbeda

Saya tergelitik untuk menuliskan tips menulis teknik POV1 yang katanya teknik paling gampang ... asal gendernya sesuai dengan gender penulis. Sering saya baca POV1 yang ditulis dengan gender yang berlawanan dengan gender penulis mengakibatkan keanehan, umumnya, cewek yang gahar atau cowok yang gemulai.

Tentunya hal ini sudah disadari bagi para penulis amatir lainnya, bahwa sangat sulit menulis POV1 dari gender yang berlawanan. Bahkan bagi penulis profesional yang sudah malang melintang menulis pun pasti ada juga yang mengalami kesulitan dengan menulis POV1 dengan gender yang berbeda.

Gender adalah identitas terdasar seorang manusia. Lebih rumit lagi bisa mengangkat kasus Harry-Benjamin Syndrome, jadi kita bicarakan yang general saja. Kekurangan yang sering saya temukan dan tidak nyaman sekali buat saya adalah kadar sumpah serapah. Penulis wanita yang menuliskan POV1 cowo hampir sebagian besar selalu memasukkan sumpah serapah dan adegan mengamuk atas hal-hal ringan agar karakter Aku jadi terlihat jantan dan menjadi cowo. Sementara itu penulis prianya sendiri juga seringkali bersikap terlalu dingin dan tenang dalam menuliskan POV1 cewe, atau terlalu sensitif, dan kadang terlalu pelacur, seakan si Aku cewe ini bodoh sekali sehingga dia mengemis-ngemis dan memuja-muja pria idamannya dan terlalu gampang dipermainkan perasaannya oleh love interest yang sudah disetting oleh penulis.

Jadi, teman penulis, kalau kalian masih melakukan itu ... please stop. Itu sangat menggelikan.

Setelah kritik, akan coba saya share tips saya pribadi saat menuliskan POV1 dari gender cewe dan cowo. Please don't insult my gender, karena saya sendiri dibilang terlalu dingin sebagai cewe dan terlalu emosional sebagai cowo. Tapi saya anggap ini sebuah berkah kok.

Mindset
Apa yang membedakan pria dan wanita terutama adalah emosi dan cara berpikirnya. Hal dasar yang diketahui orang umum mengenai perbedaan pola pikir pria dan wanita adalah; logika milik pria dan emosi milik wanita. Ada benarnya, karena itulah saat menulis POV1 untuk pria, saya menuliskan narasi dengan pola : premis, premis, kesimpulan. Sementara untuk POV2 wanita, saya menuliskan narasi dengan pola : persepsi, persepsi, penilaian moral/impression.

Saya tidak sepenuhnya setuju bahwa menulis POV1 pria harus logis, sementara wanita harus emosional. Karena banyak juga pria yang tidak logis, sebaliknya justru dalam sebuah komunitas yang terus membicarakan logika dengan menggebu-gebu, di mata saya hanya satu wanita saja yang benar-benar logis. Selain itu, emosi juga tidak hanya esklusif milik wanita, pria juga memilikinya, hewan juga punya, bahkan tumbuhan pun punya emosi. Pria juga banyak yang temperamental atau cengeng, atau penakut.

Satu hal yang saya lihat sebagai keunggulan pria, mereka jarang mencoba untuk mencari simpati, biasanya saat menceritakan masalah, mereka lebih suka meyakinkan pihak pendengarnya bahwa masalah yang dimilikinya secara rasional benar-benar berat. Jadi sesungguhnya pria itu bukannya logis, tapi lebih ke arah rasional. Maka dari itu mereka lebih cenderung merasionalisasikan segala sesuatu. Makanya banyak cewe yang mengeluh kalau cowo kebanyakan alasan, kan? 

Sementara itu keunggulan wanita adalah penilaian moralnya. Segala sesuatu dinilai dari pantas atau tidaknya moral seseorang, etika, dan apapun yang berhubungan dengan etika dan impresi. Dalam menceritakan masalah, wanita biasanya mencoba untuk mengungkapkan apa saja yang ia rasakan sehingga si pendengar diharapkan dapat tertarik simpatinya atau empatinya. Tujuannya ya, itu, untuk melampiaskan perasaan yang ia pendam dan tahu bahwa ia tidak sendirian karena ada yang menghiburnya (bukan terutama untuk meyakinkan bahwa dia benar atau salah). Maka dari itu biasanya wanita lebih suka dengan suasana kekeluargaan.

POV1 dengan gender yang berbeda

Saya tergelitik untuk menuliskan tips menulis teknik POV1 yang katanya teknik paling gampang ... asal gendernya sesuai dengan gender penulis. Sering saya baca POV1 yang ditulis dengan gender yang berlawanan dengan gender penulis mengakibatkan keanehan, umumnya, cewek yang gahar atau cowok yang gemulai.

Tentunya hal ini sudah disadari bagi para penulis amatir lainnya, bahwa sangat sulit menulis POV1 dari gender yang berlawanan. Bahkan bagi penulis profesional yang sudah malang melintang menulis pun pasti ada juga yang mengalami kesulitan dengan menulis POV1 dengan gender yang berbeda.

Gender adalah identitas terdasar seorang manusia. Lebih rumit lagi bisa mengangkat kasus Harry-Benjamin Syndrome, jadi kita bicarakan yang general saja. Kekurangan yang sering saya temukan dan tidak nyaman sekali buat saya adalah kadar sumpah serapah. Penulis wanita yang menuliskan POV1 cowo hampir sebagian besar selalu memasukkan sumpah serapah dan adegan mengamuk atas hal-hal ringan agar karakter Aku jadi terlihat jantan dan menjadi cowo. Sementara itu penulis prianya sendiri juga seringkali bersikap terlalu dingin dan tenang dalam menuliskan POV1 cewe, atau terlalu sensitif, dan kadang terlalu pelacur, seakan si Aku cewe ini bodoh sekali sehingga dia mengemis-ngemis dan memuja-muja pria idamannya dan terlalu gampang dipermainkan perasaannya oleh love interest yang sudah disetting oleh penulis.

Jadi, teman penulis, kalau kalian masih melakukan itu ... please stop. Itu sangat menggelikan.

Setelah kritik, akan coba saya share tips saya pribadi saat menuliskan POV1 dari gender cewe dan cowo. Please don't insult my gender, karena saya sendiri dibilang terlalu dingin sebagai cewe dan terlalu emosional sebagai cowo. Tapi saya anggap ini sebuah berkah kok.

Mindset
Apa yang membedakan pria dan wanita terutama adalah emosi dan cara berpikirnya. Hal dasar yang diketahui orang umum mengenai perbedaan pola pikir pria dan wanita adalah; logika milik pria dan emosi milik wanita. Ada benarnya, karena itulah saat menulis POV1 untuk pria, saya menuliskan narasi dengan pola : premis, premis, kesimpulan. Sementara untuk POV2 wanita, saya menuliskan narasi dengan pola : persepsi, persepsi, penilaian moral/impression.

Saya tidak sepenuhnya setuju bahwa menulis POV1 pria harus logis, sementara wanita harus emosional. Karena banyak juga pria yang tidak logis, sebaliknya justru dalam sebuah komunitas yang terus membicarakan logika dengan menggebu-gebu, di mata saya hanya satu wanita saja yang benar-benar logis. Selain itu, emosi juga tidak hanya esklusif milik wanita, pria juga memilikinya, hewan juga punya, bahkan tumbuhan pun punya emosi. Pria juga banyak yang temperamental atau cengeng, atau penakut.

Satu hal yang saya lihat sebagai keunggulan pria, mereka jarang mencoba untuk mencari simpati, biasanya saat menceritakan masalah, mereka lebih suka meyakinkan pihak pendengarnya bahwa masalah yang dimilikinya secara rasional benar-benar berat. Jadi sesungguhnya pria itu bukannya logis, tapi lebih ke arah rasional. Maka dari itu mereka lebih cenderung merasionalisasikan segala sesuatu. Makanya banyak cewe yang mengeluh kalau cowo kebanyakan alasan, kan? 

Sementara itu keunggulan wanita adalah penilaian moralnya. Segala sesuatu dinilai dari pantas atau tidaknya moral seseorang, etika, dan apapun yang berhubungan dengan etika dan impresi. Dalam menceritakan masalah, wanita biasanya mencoba untuk mengungkapkan apa saja yang ia rasakan sehingga si pendengar diharapkan dapat tertarik simpatinya atau empatinya. Tujuannya ya, itu, untuk melampiaskan perasaan yang ia pendam dan tahu bahwa ia tidak sendirian karena ada yang menghiburnya (bukan terutama untuk meyakinkan bahwa dia benar atau salah). Maka dari itu biasanya wanita lebih suka dengan suasana kekeluargaan.

Jumat, 20 Juli 2012

Plagiasi, Inspirasi & Hanya Mirip

"Segala sesuatu itu punya akar. Jadi kalau kamu suka swing, kamu harus belajar dari akarnya, misalnya Frank Sinatra."
--Ahmad Dhani, Indonesian Idol 2012

Membaca sebuah cerita kemudian teringat pada sesuatu yang pernah kita tonton/baca/lihat sebelumnya? Harap jangan menuding penulisnya sebagai plagiator dulu sebelum anda benar-benar paham sepenuhnya apa itu plagiasi. Karena bisa jadi ternyata dia hanya terinspirasi, atau bahkan hanya mirip saja.

Sebelum memutuskan apakah sebuah karya berupa plagiat atau terinspirasi, sebaiknya kita memahami dulu apa itu plagiat dan apa itu inspirasi. 

Plagiat
Pada dasarnya adalah mencontek dan hanya diubah sedikit sekali agar terlihat berbeda. Seseorang dikatakan melakukan plagiasi bila dia mencomot-comot secara penuh dari karya yang sudah ada kemudian mempublikasikannya dengan cara mengakui karya comotan itu sebagai karya pribadinya sendiri. Tentu saja ini pengetahuan dasar yang saya yakin sebagian besar orang sudah tahu. Namun pada kenyataannya, seringkali saya mendapati orang sering salah kaprah mengenai plagiat.

Contoh terbaik dari kejahatan plagiasi ini adalah komik Indonesia yang berjudul Naburo. Bentuk plagiasinya? Err... lihat saja gambar-gambar ini. Saya yakin anda juga sudah tahu sendiri.



Yang menjijikkan adalah, karya plagiasi itu dipublikasikan oleh sebuah penerbit di sebuah daerah di Indonesia, dan penerbitnya kekeuh tidak mau mengakui bahwa karya itu adalah plagiasi hanya karena memiliki hak cipta. Kalau sudah begini, antara pemberi hak ciptanya yang dodol atau penerbitnya yang ga tau malu. Semua orang mengutuki bentuk plagiasi karena mereka mengakui karya contekan itu sebagai karyanya sendiri, tapi herannya angka contek menyontek di aktivitas belajar mengajar Indonesia sangat tinggi. Bahkan sampai ada pendapat, tidak mungkin ada siswa Indonesia yang tidak pernah mencontek.

Faktanya, plagiasi adalah bentuk kejahatan terberat terhadap karya intelektual. Jadi sebisa mungkin berhati-hati dalam menuduh atau membuat karya.

Inspirasi
Inspirasi sepintas mirip dengan plagiasi, namun sebenarnya ini adalah perilaku kreatif yang harus ada di setiap jiwa untuk dapat terus berkarya. Intinya, Inspirasi adalah sebuah ide yang muncul setelah melihat sesuatu dan sesuatu yang menginspirasi itu menjadi akar dari buah karyanya. Inspirasi bukanlah bentuk kejahatan, atau sesuatu yang rendah dan tidak tahu malu, namun inspirasi justru adalah perilaku umum, terutama di kalangan seniman yang justru membuktikan kekreativitasan si kreator.

Banyak sekali karya-karya besar yang terinspirasi dan saling menginspirasi.
Contohnya antara lain :
- Princess Mononoke menginspirasi Avatar (ATLAB dan Avatar James Cameroon)
- Animasi Kartun Amerika menginspirasi Anime (1950an)
- Anime menginspirasi perkembangan Animasi kartun Amerika (sekarang)
- Romance of Three Kingdoms & Shui Hu chuan menginspirasi Suikoden series
- Star Wars menginspirasi Final Fantasy
- Dragon Ball menginspirasi One Piece

Berdasarkan data-data itu, teori saya mengenai terjadinya "saling inspirasi namun tidak dikatakan plagiasi" adalah karena karya-karya itu memiliki identitas pribadi, sekalipun mirip. Mengutip salah satu nasihat Ahmad Dhani pada komentarnya terhadap Dion dalam acara Indonesian Idol 2012, segala sesuatu memiliki akar, dan sebaiknya kita belajar dari akarnya. 

Misalnya, bila kau suka Final Fantasy dan ingin membuat karya yang mirip Final Fantasy, sah-sah saja dan sebaiknya kau juga mempelajari Star Wars. Dalam kasus saya, saya sangat suka dengan Avatar The Last Airbender dan ingin sekali membuat cerita seperti ATLAB. Maka dari itu saya juga belajar dengan cara menonton Princess Mononoke. Dan ketahuilah, ini sangat-sangat membantu saya dalam proses kreativitasannya. 

Satu trik yang bisa saya berikan agar karya kita yang terinspirasi ini tidak menjadi bentuk plagiasi adalah "idea" nya. Maksudnya, sebuah karya selalu memiliki jiwa dan idea. Jiwa yang sama akan membuat dua buah karya atau lebih memiliki suasana dan sesuatu yang mirip sekalipun tidak sepenuhnya sama. Idea adalah sebuah hakikat cerita. Idea adalah pesan yang hendak kita sampaikan melalui cerita itu. Misalnya dalam sebuah novel, anda hendak menyampaikan pesan bahwa "cinta itu indah", sementara anda terinspirasi dari film "Final Destination", barangkali cerita anda akan memiliki jiwa yang sama dengan "Final Destination", tapi pesan yang tersampaikan di kalangan pembaca akan berbeda dari "Final Destination". Idea lah yang membedakan antara karya satu dengan lainnya.

Hanya Mirip
Kalau yang ini, hanya mirip saja. Jadi antara dua kreator tidak pernah ada kontak. Kreator A tidak pernah melihat atau bertemu kreator B dan ciptaannya, namun karya mereka persis jibles. Hal ini juga bukannya tidak mungkin terjadi. 

Teori saya mengenai 2 karya yang hanya mirip ini, mungkin sedikit banyak mirip dengan kasus dua orang anak kembar yang terpisah sejak lahir. Apa yang membuat mereka berpikir mirip adalah gen yang sama. 

Jadi, teori saya mengenai kemiripan karya namun bukan plagiasi atau bentuk inspirasi adalah karena adanya 
kesamaan akar antara 2 pencipta. Bisa saja mereka sama-sama pecinta LOTR dan sama-sama terinspirasi dari sana kemudian mereka membuat karya yang ternyata 90% mirip. Atau seorang kreator yang memiliki jalan hidup dan cara berpikir mirip dengan JK Rowling, kemudian ia menulis buku yang mirip dengan Harry Potter. 

Akan sangat kejam untuk menuding seseorang memplagiat, namun yang sesungguhnya terjadi hanyalah kesamaan akar saja. Bagaimanapun juga, cara berpikir dan pengalaman hidup (afektivitas) adalah apa yang paling memengaruhi seorang kreator menciptakan karya. Jadi harap teman-teman berhati-hati sebelum menuding seseorang sebagai plagiat sebelum mengetahui benar bagaimana dia menciptakan karya tersebut. Karena dituding sebagai seorang plagiat atas sebuah karya yang belum pernah dia ketahui sama sekali itu sangat menyakitkan dan tidak adil. 

Akhir kata, jadilah penikmat seni yang berpikiran terbuka dan bijak, dan di sisi lain, jadilah pencipta karya yang kreatif dan memiliki visi.

Plagiasi, Inspirasi & Hanya Mirip

"Segala sesuatu itu punya akar. Jadi kalau kamu suka swing, kamu harus belajar dari akarnya, misalnya Frank Sinatra."
--Ahmad Dhani, Indonesian Idol 2012

Membaca sebuah cerita kemudian teringat pada sesuatu yang pernah kita tonton/baca/lihat sebelumnya? Harap jangan menuding penulisnya sebagai plagiator dulu sebelum anda benar-benar paham sepenuhnya apa itu plagiasi. Karena bisa jadi ternyata dia hanya terinspirasi, atau bahkan hanya mirip saja.

Sebelum memutuskan apakah sebuah karya berupa plagiat atau terinspirasi, sebaiknya kita memahami dulu apa itu plagiat dan apa itu inspirasi. 

Plagiat
Pada dasarnya adalah mencontek dan hanya diubah sedikit sekali agar terlihat berbeda. Seseorang dikatakan melakukan plagiasi bila dia mencomot-comot secara penuh dari karya yang sudah ada kemudian mempublikasikannya dengan cara mengakui karya comotan itu sebagai karya pribadinya sendiri. Tentu saja ini pengetahuan dasar yang saya yakin sebagian besar orang sudah tahu. Namun pada kenyataannya, seringkali saya mendapati orang sering salah kaprah mengenai plagiat.

Contoh terbaik dari kejahatan plagiasi ini adalah komik Indonesia yang berjudul Naburo. Bentuk plagiasinya? Err... lihat saja gambar-gambar ini. Saya yakin anda juga sudah tahu sendiri.



Yang menjijikkan adalah, karya plagiasi itu dipublikasikan oleh sebuah penerbit di sebuah daerah di Indonesia, dan penerbitnya kekeuh tidak mau mengakui bahwa karya itu adalah plagiasi hanya karena memiliki hak cipta. Kalau sudah begini, antara pemberi hak ciptanya yang dodol atau penerbitnya yang ga tau malu. Semua orang mengutuki bentuk plagiasi karena mereka mengakui karya contekan itu sebagai karyanya sendiri, tapi herannya angka contek menyontek di aktivitas belajar mengajar Indonesia sangat tinggi. Bahkan sampai ada pendapat, tidak mungkin ada siswa Indonesia yang tidak pernah mencontek.

Faktanya, plagiasi adalah bentuk kejahatan terberat terhadap karya intelektual. Jadi sebisa mungkin berhati-hati dalam menuduh atau membuat karya.

Inspirasi
Inspirasi sepintas mirip dengan plagiasi, namun sebenarnya ini adalah perilaku kreatif yang harus ada di setiap jiwa untuk dapat terus berkarya. Intinya, Inspirasi adalah sebuah ide yang muncul setelah melihat sesuatu dan sesuatu yang menginspirasi itu menjadi akar dari buah karyanya. Inspirasi bukanlah bentuk kejahatan, atau sesuatu yang rendah dan tidak tahu malu, namun inspirasi justru adalah perilaku umum, terutama di kalangan seniman yang justru membuktikan kekreativitasan si kreator.

Banyak sekali karya-karya besar yang terinspirasi dan saling menginspirasi.
Contohnya antara lain :
- Princess Mononoke menginspirasi Avatar (ATLAB dan Avatar James Cameroon)
- Animasi Kartun Amerika menginspirasi Anime (1950an)
- Anime menginspirasi perkembangan Animasi kartun Amerika (sekarang)
- Romance of Three Kingdoms & Shui Hu chuan menginspirasi Suikoden series
- Star Wars menginspirasi Final Fantasy
- Dragon Ball menginspirasi One Piece

Berdasarkan data-data itu, teori saya mengenai terjadinya "saling inspirasi namun tidak dikatakan plagiasi" adalah karena karya-karya itu memiliki identitas pribadi, sekalipun mirip. Mengutip salah satu nasihat Ahmad Dhani pada komentarnya terhadap Dion dalam acara Indonesian Idol 2012, segala sesuatu memiliki akar, dan sebaiknya kita belajar dari akarnya. 

Misalnya, bila kau suka Final Fantasy dan ingin membuat karya yang mirip Final Fantasy, sah-sah saja dan sebaiknya kau juga mempelajari Star Wars. Dalam kasus saya, saya sangat suka dengan Avatar The Last Airbender dan ingin sekali membuat cerita seperti ATLAB. Maka dari itu saya juga belajar dengan cara menonton Princess Mononoke. Dan ketahuilah, ini sangat-sangat membantu saya dalam proses kreativitasannya. 

Satu trik yang bisa saya berikan agar karya kita yang terinspirasi ini tidak menjadi bentuk plagiasi adalah "idea" nya. Maksudnya, sebuah karya selalu memiliki jiwa dan idea. Jiwa yang sama akan membuat dua buah karya atau lebih memiliki suasana dan sesuatu yang mirip sekalipun tidak sepenuhnya sama. Idea adalah sebuah hakikat cerita. Idea adalah pesan yang hendak kita sampaikan melalui cerita itu. Misalnya dalam sebuah novel, anda hendak menyampaikan pesan bahwa "cinta itu indah", sementara anda terinspirasi dari film "Final Destination", barangkali cerita anda akan memiliki jiwa yang sama dengan "Final Destination", tapi pesan yang tersampaikan di kalangan pembaca akan berbeda dari "Final Destination". Idea lah yang membedakan antara karya satu dengan lainnya.

Hanya Mirip
Kalau yang ini, hanya mirip saja. Jadi antara dua kreator tidak pernah ada kontak. Kreator A tidak pernah melihat atau bertemu kreator B dan ciptaannya, namun karya mereka persis jibles. Hal ini juga bukannya tidak mungkin terjadi. 

Teori saya mengenai 2 karya yang hanya mirip ini, mungkin sedikit banyak mirip dengan kasus dua orang anak kembar yang terpisah sejak lahir. Apa yang membuat mereka berpikir mirip adalah gen yang sama. 

Jadi, teori saya mengenai kemiripan karya namun bukan plagiasi atau bentuk inspirasi adalah karena adanya 
kesamaan akar antara 2 pencipta. Bisa saja mereka sama-sama pecinta LOTR dan sama-sama terinspirasi dari sana kemudian mereka membuat karya yang ternyata 90% mirip. Atau seorang kreator yang memiliki jalan hidup dan cara berpikir mirip dengan JK Rowling, kemudian ia menulis buku yang mirip dengan Harry Potter. 

Akan sangat kejam untuk menuding seseorang memplagiat, namun yang sesungguhnya terjadi hanyalah kesamaan akar saja. Bagaimanapun juga, cara berpikir dan pengalaman hidup (afektivitas) adalah apa yang paling memengaruhi seorang kreator menciptakan karya. Jadi harap teman-teman berhati-hati sebelum menuding seseorang sebagai plagiat sebelum mengetahui benar bagaimana dia menciptakan karya tersebut. Karena dituding sebagai seorang plagiat atas sebuah karya yang belum pernah dia ketahui sama sekali itu sangat menyakitkan dan tidak adil. 

Akhir kata, jadilah penikmat seni yang berpikiran terbuka dan bijak, dan di sisi lain, jadilah pencipta karya yang kreatif dan memiliki visi.

Selasa, 17 Juli 2012

Sedikit tentang Komentar Subjektif dan Objektif

Awalnya akan saya permudah saja. 
Objektif adalah sebuah pendapat yang seperti ini : cerita anda ada ininya.
Subjektif adalah sebuah pendapat yang seperti ini : (menurut saya) cerita anda ada ininya

Yang repot adalah bila sebuah pendapat subjektif, dikira objektif, misalnya : "Lah, faktanya, cerita anda jelek, kok. Buktinya tuh lihat, ga ada yang baca kan?"

Padahal sesungguhnya fakta yang ia berikan sebagai bukti sangat lemah, terutama apabila dinilai dari jumlah komentar dan hit rate dalam bagan statistik arus internet. Karena tidak ada yang komentar bukan berarti ceritanya jelek. Hit rate yang rendah bukan berarti ceritanya jelek. Tidak ada komentar yang masuk bisa saja menandakan tidak ada yang memahami cerita itu sehingga tidak ada yang bisa berkomentar apapun. Sementara hit rate yang rendah bisa saja terjadi karena judulnya kurang menarik.

Pokoknya apapun yang berbau relatif (cantik, baik, berat, susah, mudah, dll ... bahkan adil) itu sifatnya pasti subjektif. 

Objektif adalah sesuatu yang empiris. Untuk itu mari saya jelaskan maksud saya dengan empiris terlebih dahulu untuk menghindari kesalah-pahaman yang mungkin bisa terjadi. Empiris adalah sesuatu yang dapat dibuktikan kenyataannya. Saking benarnya sampai-sampai sesuatu yang empiris bisa membuat seseorang "meramal". Contoh : fisika, kimia, dan ilmu-ilmu pasti lainnya. 1 + 1 = 2 secara matematika itu adalah empiris. Maka dari itu seseorang dapat menebak bila ada satu orang di dalam ruangan, dan jika ada satu orang lagi yang masuk ke dalam ruangan yang sama, maka jumlah orang di ruangan itu seharusnya menjadi dua. Itu adalah empiris.

Komentar objektif biasanya mengacu pada kesalahan EYD atau ejaan. Maka dari itu sesungguhnya komentar objektif adalah komentar yang disukai? Belum tentu. Justru tampaknya komentar yang paling disukai adalah komentar yang sangat subjektif, namun subjektivitasnya sangat sejalan dengan si penulis. Maka dari itulah, penulis yang paling bahagia adalah penulis yang karyanya dapat dipahami oleh pembacanya karena maksud yang hendak ia sampaikan, dapat diterima dengan baik oleh pembacanya.

Sedikit tentang Komentar Subjektif dan Objektif

Awalnya akan saya permudah saja. 
Objektif adalah sebuah pendapat yang seperti ini : cerita anda ada ininya.
Subjektif adalah sebuah pendapat yang seperti ini : (menurut saya) cerita anda ada ininya

Yang repot adalah bila sebuah pendapat subjektif, dikira objektif, misalnya : "Lah, faktanya, cerita anda jelek, kok. Buktinya tuh lihat, ga ada yang baca kan?"

Padahal sesungguhnya fakta yang ia berikan sebagai bukti sangat lemah, terutama apabila dinilai dari jumlah komentar dan hit rate dalam bagan statistik arus internet. Karena tidak ada yang komentar bukan berarti ceritanya jelek. Hit rate yang rendah bukan berarti ceritanya jelek. Tidak ada komentar yang masuk bisa saja menandakan tidak ada yang memahami cerita itu sehingga tidak ada yang bisa berkomentar apapun. Sementara hit rate yang rendah bisa saja terjadi karena judulnya kurang menarik.

Pokoknya apapun yang berbau relatif (cantik, baik, berat, susah, mudah, dll ... bahkan adil) itu sifatnya pasti subjektif. 

Objektif adalah sesuatu yang empiris. Untuk itu mari saya jelaskan maksud saya dengan empiris terlebih dahulu untuk menghindari kesalah-pahaman yang mungkin bisa terjadi. Empiris adalah sesuatu yang dapat dibuktikan kenyataannya. Saking benarnya sampai-sampai sesuatu yang empiris bisa membuat seseorang "meramal". Contoh : fisika, kimia, dan ilmu-ilmu pasti lainnya. 1 + 1 = 2 secara matematika itu adalah empiris. Maka dari itu seseorang dapat menebak bila ada satu orang di dalam ruangan, dan jika ada satu orang lagi yang masuk ke dalam ruangan yang sama, maka jumlah orang di ruangan itu seharusnya menjadi dua. Itu adalah empiris.

Komentar objektif biasanya mengacu pada kesalahan EYD atau ejaan. Maka dari itu sesungguhnya komentar objektif adalah komentar yang disukai? Belum tentu. Justru tampaknya komentar yang paling disukai adalah komentar yang sangat subjektif, namun subjektivitasnya sangat sejalan dengan si penulis. Maka dari itulah, penulis yang paling bahagia adalah penulis yang karyanya dapat dipahami oleh pembacanya karena maksud yang hendak ia sampaikan, dapat diterima dengan baik oleh pembacanya.

Ide Beranak

Buat penulis kreatif, pasti punya masalah dengan ini. Awalnya cuma mau bikin pohon bambu, tapi lama kelamaan muncul cabang-cabang di batangnya dan karena oke juga, jadi diizinkan muncul. Karena begitu kreatifnya dan spekulatif, maka si penulis mengizinkan setiap cabang yang lahir ini untuk berkembang dan akhirnya cerita jadi berantakan, cerita jadi melenceng dari konsep awalnya, cerita jadi gemuk dan mungkin juga ada yang saking kreatifnya sampai-sampai naskah bisa jadi setebal 1000 halaman.

"Waduh ... novel gue punya saingan dong?"

Saya punya sedikit solusi yang mungkin bisa membantu teman-teman penulis untuk keluar dari masalah ide beranak ini.

Bila ide teman-teman mulai hamil dan beranak...jangan diaborsi. Ikuti saja maunya kemana dan biarkan imajinasimu keluar dari kotak. Kalau dia mau liar, liarkan saja. Apa maunya, ikuti saja. Terus ikuti sampe kerasa buntu dan WB (Writer Block) menyerang, baru berhenti.

Setelah itu, naskahnya disimpen sebagai naskah terpisah dan diseleksi. Kira-kira mana yang mau dipertahankan dan mana yang sebaiknya diamputasi. Pertimbangkan juga apakah perlu mempertahankan konsep awal atau harus merombak ulang konsep karena ide baru yang muncul ini keliatannya jauh lebih menarik daripada yang awal punya.

Setelah kita menentukan jalan, kita bisa terus jalan lagi melanjutkan cerita. Yang penting tetap hindari narisisme dalam cerita dan terus fokus pada apa yang mau disampaikan. Kalau otak kreatif kita kembali beranak dan melahirkan ide-ide baru lagi, gpp, teruskan saja, kembangkan saja, jangan dihindari, jangan diamputasi. Kembangkan sampai mentok lalu seleksi lagi. Jangan takut untuk menghilangkan 10 halaman kalau emang gak pas buat cerita. Yang penting pada akhirnya cerita kita setia pada apa yang mau disampaikan.

Lalu ide-ide yang sudah diamputasi itu dikemanakan?
Bagian yang diamputasi itu sudah disimpan baik-baik, kan? Bagus. Selamat, anda tidak perlu khawatir kekurangan ide untuk cerita lain yang akan datang. Seperti saat kita mengikuti karya seorang penulis yang menerbitkan puluhan buku, tentunya kita sadar bahwa penulis itu punya kemiripan di sana sini. Misalnya, penulis A pasti pasangannya cewek-cowok yang beda agama. Atau, penulis B kok selalu bikin pasangan yang salah satunya buruk rupa dan salah satunya rupawan luar biasa? 

Ngaku aja deh, kadang ciri khas ini terasa menjemukan kan? Seringkali teman-teman saya bete dengan seorang penulis dengan ciri khas yang sama di setiap karyanya sehingga setiap karya terasa seperti kembaran dan kloning-kloning yang punya sedikit perbedaan saja. Kadang hal ini berujung memberikan reputasi buruk bagi karya seorang penulis. 

Atas dasar alasan itulah, saya sarankan para penulis untuk setia pada pesan yang akan disampaikan, selain jeli mengkritisi karyanya sendiri dan melihat ciri khas dalam karya-karyanya sendiri. Cobalah tulis cerita lain dengan nuansa berbeda dan gunakan kreativitasmu untuk mendaur ulang ide-ide yang sudah diamputasi. Dengan cara ini saya berhasil mengurangi plot dalam cerita gemuk; mendistribusikan beberapa ide yang dirasa kurang pas dengan konsep dunia atau pesan cerita ke cerita lain.

Buatlah cerita simpel semenarik mungkin dengan cara penceritaan sesantai mungkin. 

Selamat menulis, semoga artikel ini dapat memberikan sedikit pencerahan bagi yang memerlukan. Keep writing!

Ide Beranak

Buat penulis kreatif, pasti punya masalah dengan ini. Awalnya cuma mau bikin pohon bambu, tapi lama kelamaan muncul cabang-cabang di batangnya dan karena oke juga, jadi diizinkan muncul. Karena begitu kreatifnya dan spekulatif, maka si penulis mengizinkan setiap cabang yang lahir ini untuk berkembang dan akhirnya cerita jadi berantakan, cerita jadi melenceng dari konsep awalnya, cerita jadi gemuk dan mungkin juga ada yang saking kreatifnya sampai-sampai naskah bisa jadi setebal 1000 halaman.

"Waduh ... novel gue punya saingan dong?"

Saya punya sedikit solusi yang mungkin bisa membantu teman-teman penulis untuk keluar dari masalah ide beranak ini.

Bila ide teman-teman mulai hamil dan beranak...jangan diaborsi. Ikuti saja maunya kemana dan biarkan imajinasimu keluar dari kotak. Kalau dia mau liar, liarkan saja. Apa maunya, ikuti saja. Terus ikuti sampe kerasa buntu dan WB (Writer Block) menyerang, baru berhenti.

Setelah itu, naskahnya disimpen sebagai naskah terpisah dan diseleksi. Kira-kira mana yang mau dipertahankan dan mana yang sebaiknya diamputasi. Pertimbangkan juga apakah perlu mempertahankan konsep awal atau harus merombak ulang konsep karena ide baru yang muncul ini keliatannya jauh lebih menarik daripada yang awal punya.

Setelah kita menentukan jalan, kita bisa terus jalan lagi melanjutkan cerita. Yang penting tetap hindari narisisme dalam cerita dan terus fokus pada apa yang mau disampaikan. Kalau otak kreatif kita kembali beranak dan melahirkan ide-ide baru lagi, gpp, teruskan saja, kembangkan saja, jangan dihindari, jangan diamputasi. Kembangkan sampai mentok lalu seleksi lagi. Jangan takut untuk menghilangkan 10 halaman kalau emang gak pas buat cerita. Yang penting pada akhirnya cerita kita setia pada apa yang mau disampaikan.

Lalu ide-ide yang sudah diamputasi itu dikemanakan?
Bagian yang diamputasi itu sudah disimpan baik-baik, kan? Bagus. Selamat, anda tidak perlu khawatir kekurangan ide untuk cerita lain yang akan datang. Seperti saat kita mengikuti karya seorang penulis yang menerbitkan puluhan buku, tentunya kita sadar bahwa penulis itu punya kemiripan di sana sini. Misalnya, penulis A pasti pasangannya cewek-cowok yang beda agama. Atau, penulis B kok selalu bikin pasangan yang salah satunya buruk rupa dan salah satunya rupawan luar biasa? 

Ngaku aja deh, kadang ciri khas ini terasa menjemukan kan? Seringkali teman-teman saya bete dengan seorang penulis dengan ciri khas yang sama di setiap karyanya sehingga setiap karya terasa seperti kembaran dan kloning-kloning yang punya sedikit perbedaan saja. Kadang hal ini berujung memberikan reputasi buruk bagi karya seorang penulis. 

Atas dasar alasan itulah, saya sarankan para penulis untuk setia pada pesan yang akan disampaikan, selain jeli mengkritisi karyanya sendiri dan melihat ciri khas dalam karya-karyanya sendiri. Cobalah tulis cerita lain dengan nuansa berbeda dan gunakan kreativitasmu untuk mendaur ulang ide-ide yang sudah diamputasi. Dengan cara ini saya berhasil mengurangi plot dalam cerita gemuk; mendistribusikan beberapa ide yang dirasa kurang pas dengan konsep dunia atau pesan cerita ke cerita lain.

Buatlah cerita simpel semenarik mungkin dengan cara penceritaan sesantai mungkin. 

Selamat menulis, semoga artikel ini dapat memberikan sedikit pencerahan bagi yang memerlukan. Keep writing!

Sabtu, 14 Juli 2012

20 Hari selesai menulis naskah Takdir Bintang Merah


Namun ini belum selesai sepenuhnya, karena setelah itu ada tahap revisi-revisi yang harus dijalani, bahkan hingga artikel blog ini ditulis.

20 Hari selesai menulis naskah Takdir Bintang Merah


Namun ini belum selesai sepenuhnya, karena setelah itu ada tahap revisi-revisi yang harus dijalani, bahkan hingga artikel blog ini ditulis.

Kamis, 12 Juli 2012

Dynasty Warriors [fanfic] : Folktale

Akhirnya selesai juga menggarap cerita Folktale.

Cerita ini diupload di dua tempat, wattpad dan fanfiction.net. Awalnya saya upload di fanfiction.net dengan rate M, karena tidak yakin remaja akan cocok dengan cerita ini. Tapi ketika saya coba publikasikan di wattpad, tampaknya cocok-cocok saja. Ketika cerita ini sudah saya selesaikan, saya coba meneruskan yang ada di fanfiction.net, tapi kelihatannya tidak mudah, karena alur ceritanya sudah berubah. Karena lebih menyukai versi wattpad, maka saya upload ulang. Versi lama tidak dihapus karena saya menghargai komentar-komentar yang telah diberikan di sana.



Preview 


"If history refuse your existence, Then craft your story in folktales!"

Guan Suo adalah anak ketiga dari Jendral Guan Yu. Karena lahir dari seorang wanita yang bukan istri atau selir, namanya tidak akan tercatat dalam silsilah keluarga. Ketika dewasa, hubungan terlarangnya dengan permaisuri kerajaan Shu-Han membuat semua orang marah dan kecewa.

Seorang pelajar, sejarawan Dinasti Jin muda bernama Chen Shou diperintahkan untuk menuliskan kisah tentang Era Tiga Kerajaan, Chen Shou mendapati ada sebuah bagian dalam sejarah yang harus ia tindak. Di masa depan, orang tidak akan mengakui keberadaan Guan Suo, namun perjalanannya akan terus hidup sebagai cerita rakyat.



Contains : Adult Romance, Fantasy, History Fiction, bloody fight

~ Based on Popular KOEI games Dynasty Warriors & Romance of the Three Kingdoms ~

Special Thanks : Gail Omar King for the articles of Legend Hua Guan Suo

DISCLAIMER!

Zhang Xing Cai [name] belongs to KOEI

Almost all characters belongs to Lou Guan Zhong's San Guo Yan Yi & Chinese history

Pendeta Tao, Bao Sanniang & Hua Man originaly from Hua Guan Suo chuan

Guan Suo originaly still unknown



Si penulis menulis cerita ini berdasarkan khayalan dan imajinasi yang dikembangkan berawal dari rasa tertariknya pada tokoh yang sangat minor dalam novel San Guo Yan Yi. Si penulis sudah tidak ingat lagi apa yang membuatnya tertarik pada tokoh tersebut, namun rasa penasarannya membuatnya mencari tahu tentang kelengkapan kisah dari tokoh itu dan ternyata ia menemukan banyak hal menarik. Banyak inspirasi muncul dari penelitian terhadap tokoh ini, dan akhirnya melahirkan banyak karya. Sebagai kredit, si penulis memutuskan untuk menuliskan salah satu variasi mengenai tokoh tersebut dalam bentuk fanfic dari Dynasty Warriors.

Fanfic ini juga ditulis atas rasa protes si penulis dengan hubungan Xing Cai (Nama KOEI) atau Empress Zhang Jing'ai (Nama asli yang diketahui) dengan Guan Ping. Dalam cerita asli Dynasty Warriors, menurut penulis, hubungan Guan Ping dan Xing Cai sangat tidak mungkin. Bila diibaratkan dengan dunia nyata, ibaratnya Guan Ping dan Xing Cai seperti menjodohkan Gillian Cheung dengan Bruce Lee. Kecuali bila Xing Cai adalah seorang time traveler, hubungan ini mungkin bisa terjadi. Namun berhubung si penulis sesungguhnya sangat suka dengan pair Xing Cai-Guan Ping, maka ia bermaksud mereinkarnasikan "Guan Ping" ke dalam sosok Guan Suo. Karena keberadaan Guan Suo masih tidak diketahui dan sebagai adik Guan Xing, sudah pasti dia hidup pada usia yang relatif sebaya dengan Xing Cai, menurutnya pairing Xing Cai-Guan Suo lebih masuk akal secara lini masa.

Mengenai keakuratan sejarah dalam kisah ini, sekalipun banyak kejadian yang berdasarkan sejarah yang sesungguhnya, namun penulis sangat tidak menyarankan cerita ini dijadikan referensi sejarah. Barangkali ada anak ketiga Guan Yu yang tidak bernama Guan Suo, tapi satu hal yang pasti, nickname "Guan Suo" adalah nickname yang sangat populer di kalangan militer, bandit dan cerita rakyat di Tiongkok pada abad 16 atau pada zaman Dinasty Ming.

"After all, I'm just a canon bender." -Jecht's Broken Heart

Dynasty Warriors [fanfic] : Folktale

Akhirnya selesai juga menggarap cerita Folktale.

Cerita ini diupload di dua tempat, wattpad dan fanfiction.net. Awalnya saya upload di fanfiction.net dengan rate M, karena tidak yakin remaja akan cocok dengan cerita ini. Tapi ketika saya coba publikasikan di wattpad, tampaknya cocok-cocok saja. Ketika cerita ini sudah saya selesaikan, saya coba meneruskan yang ada di fanfiction.net, tapi kelihatannya tidak mudah, karena alur ceritanya sudah berubah. Karena lebih menyukai versi wattpad, maka saya upload ulang. Versi lama tidak dihapus karena saya menghargai komentar-komentar yang telah diberikan di sana.



Preview 


"If history refuse your existence, Then craft your story in folktales!"

Guan Suo adalah anak ketiga dari Jendral Guan Yu. Karena lahir dari seorang wanita yang bukan istri atau selir, namanya tidak akan tercatat dalam silsilah keluarga. Ketika dewasa, hubungan terlarangnya dengan permaisuri kerajaan Shu-Han membuat semua orang marah dan kecewa.

Seorang pelajar, sejarawan Dinasti Jin muda bernama Chen Shou diperintahkan untuk menuliskan kisah tentang Era Tiga Kerajaan, Chen Shou mendapati ada sebuah bagian dalam sejarah yang harus ia tindak. Di masa depan, orang tidak akan mengakui keberadaan Guan Suo, namun perjalanannya akan terus hidup sebagai cerita rakyat.



Contains : Adult Romance, Fantasy, History Fiction, bloody fight

~ Based on Popular KOEI games Dynasty Warriors & Romance of the Three Kingdoms ~

Special Thanks : Gail Omar King for the articles of Legend Hua Guan Suo

DISCLAIMER!

Zhang Xing Cai [name] belongs to KOEI

Almost all characters belongs to Lou Guan Zhong's San Guo Yan Yi & Chinese history

Pendeta Tao, Bao Sanniang & Hua Man originaly from Hua Guan Suo chuan

Guan Suo originaly still unknown



Si penulis menulis cerita ini berdasarkan khayalan dan imajinasi yang dikembangkan berawal dari rasa tertariknya pada tokoh yang sangat minor dalam novel San Guo Yan Yi. Si penulis sudah tidak ingat lagi apa yang membuatnya tertarik pada tokoh tersebut, namun rasa penasarannya membuatnya mencari tahu tentang kelengkapan kisah dari tokoh itu dan ternyata ia menemukan banyak hal menarik. Banyak inspirasi muncul dari penelitian terhadap tokoh ini, dan akhirnya melahirkan banyak karya. Sebagai kredit, si penulis memutuskan untuk menuliskan salah satu variasi mengenai tokoh tersebut dalam bentuk fanfic dari Dynasty Warriors.

Fanfic ini juga ditulis atas rasa protes si penulis dengan hubungan Xing Cai (Nama KOEI) atau Empress Zhang Jing'ai (Nama asli yang diketahui) dengan Guan Ping. Dalam cerita asli Dynasty Warriors, menurut penulis, hubungan Guan Ping dan Xing Cai sangat tidak mungkin. Bila diibaratkan dengan dunia nyata, ibaratnya Guan Ping dan Xing Cai seperti menjodohkan Gillian Cheung dengan Bruce Lee. Kecuali bila Xing Cai adalah seorang time traveler, hubungan ini mungkin bisa terjadi. Namun berhubung si penulis sesungguhnya sangat suka dengan pair Xing Cai-Guan Ping, maka ia bermaksud mereinkarnasikan "Guan Ping" ke dalam sosok Guan Suo. Karena keberadaan Guan Suo masih tidak diketahui dan sebagai adik Guan Xing, sudah pasti dia hidup pada usia yang relatif sebaya dengan Xing Cai, menurutnya pairing Xing Cai-Guan Suo lebih masuk akal secara lini masa.

Mengenai keakuratan sejarah dalam kisah ini, sekalipun banyak kejadian yang berdasarkan sejarah yang sesungguhnya, namun penulis sangat tidak menyarankan cerita ini dijadikan referensi sejarah. Barangkali ada anak ketiga Guan Yu yang tidak bernama Guan Suo, tapi satu hal yang pasti, nickname "Guan Suo" adalah nickname yang sangat populer di kalangan militer, bandit dan cerita rakyat di Tiongkok pada abad 16 atau pada zaman Dinasty Ming.

"After all, I'm just a canon bender." -Jecht's Broken Heart

Kamis, 05 Juli 2012

Respon to responses : Beringin Mawar

Saja putuskan untuk menuliskan tanggapan dari respon orang-orang terhadap cerita Beringin Mawar di sini.

Cukup puas rasanya mengetahui beragam interpretasi orang mengenai cerpen saya ini. Ada yang sadar kalau ini alegori, ada yang terkesan, ada yang biasa-biasa aja, yang paling kocak adalah timbulnya gerakan Bebas Disamber Geledek. ROFL. Tapi perlu ditekankan bahwa tidak ada komentar yang salah, karena setiap orang benar atas cara pikir dan pengalamannya masing-masing. 

Saya ga mau mengganggu komentar yang diberikan dengan cara meralat atau mengkonfirmasi beberapa orang yang mengintepretasikan alegori itu, baik salah ataupun tepat di lapak Kasfan. Karena menyenangkan juga melihat beragam kesan orang terhadap cerita itu. Mau terima atau nggak, saya suka sekali membaca respon-respon orang terhadapnya, terutama karena saya jadi tahu sendiri cara berpikir seseorang dan cara seseorang memandang sesuatu. Apa subjektivitas para penulis itu. Menarik, bukan?

Dalam kasus inilah, "Kebenaran itu relatif" berlaku.

Pesan Sesungguhnya 
Cerita ini sesungguhnya adalah cerita tentang sabdha. Saya hendak menunjukkan betapa ampuhnya kata-kata itu yang seringkali disebut dengan "sugesti". Benih unggulan itu aslinya adalah benih mawar, yang kemudian Bebas mengatakan bahwa ia ingin beringin, maka dia jadi beringin. Tapi setelah tumbuh, Bebas mensabdhakan dia untuk menjadi mawar yang cantik. Maka benih ini terlihat bingung, "sebenernya saya ini ditakdirkan menjadi beringin atau mawar sih?" 

Setelah dia dibuang, dia dirawat oleh Kakek dan dibebaskan mau menjadi apa. Akhirnya ia tumbuh sebagai dua identitas, satu identitas aslinya dan yang kedua, identitas yang diinginkan bebas untuknya dahulu. Terakhir, Bebas berusaha membunuh Beringin Mawar, namun seperti kata Nietzsche; "Apa yang tidak membunuhmu, membuatmu semakin kuat". Beringin Mawar terus bertambah kuat hingga akhirnya ia mati karena sabdha dari Bebas terhadapnya.

Terakhir, harapan Kakek terhadap Beringin Mawar bahwa benih ini mampu menghidupkan kembali tanah gersang, menjadi kenyataan karena ia mensabdhakannya seperti itu. Beringin Mawar membuahkan sebuah buah yang akhirnya mampu menurunkan hujan dan menghidupkan dunia seperti harapan Kakek. Semua adalah sabdha dan sugesti. Salah satu kekuatan terbesar di alam raya ini .... menurut saya.

Siapakah Bebas?
Bebas tidak lain adalah sebutan saya bagi manusia. 
Makanya ada yang bingung, kenapa namanya bebas, padahal kolot. Ya, karena dia representasi dari manusia, dan ini butuh penjelasan lebih biar gak dibilang kalau kesimpulan ini katanya; "bolong logika" (maksudnya : logical fallacy). Tapi hampir di setiap cerita-cerita yang kutulis, aku selalu menuliskan bahwa "manusia berasal dari pancaran cinta yang menitis ke dunia karena kebebasan.", manusia bagian dari cinta yang menitis ke dunia karena adanya kebebasan. Ini agak-agak menggunakan pengaruh dari filosofi Neo-Platonisme, jadi bila anda masih kesulitan memahaminya atau belum mengerti, coba dibaca saja Neo-Platonisme.

Bebas adalah representasi dari manusia, mereka memang adalah kebebasan, namun kebebasan yang mereka terapkan, sangat jarang dilakukan demi orang lain. Manusia selalu mengembalikan kebebasan menurut sudut pandangnya sendiri. Karena mereka bebas, maka mereka bebas berbuat apapun, jarang ada orang yang mencintai kebebasan lantas berpikiran terbuka. Tapi, ya, mereka bebas. Bukti dari kebebasan manusia adalah; dunia ini terbangun karena kritik.

Saya tidak bermaksud menciptakan karakter Bebas menjadi begitu menyebalkan atau dia ada untuk menjadi karakter yang disebelin. Justru sebenarnya Bebas adalah kritik saya untuk reaksi masyarakat terhadap perbedaan. Jujur saja deh, kalau melihat sesuatu yang aneh atau tidak wajar, reaksi orang pertama kali pasti adalah curiga. Orang gak suka dengan yang aneh-aneh dan melenceng dari aslinya. Sebut saja misalnya Michael Jackson, Lady Gaga, atau di bidang sains, seperti teori Copernicus, Galileo. Bahkan seorang dari Yunani (maaf saya lupa nama beliau), barangkali dia adalah seorang yang pertama kali sadar bahwa matahari adalah batu yang bercahaya. Dan karena itu dia dibenci dan dianggap pagan. Dan ada kejadian yang membuat saya begitu miris dan mengagungkan Sigmund Freud, adalah ketika orang-orang dengan personality disorder dianggap kerasukan setan dan dikucilkan dari masyarakatnya (bebas). Inilah potret masyarakat yang coba saya kritik melalui Bebas. Mereka memang bebas, tapi seringkali menerapkan kebebasan untuk dirinya sendiri sehingga akhirnya, mereka tidak membebaskan orang lain.

Contoh lain yang merepresentasikan Bebas adalah rasisme, fasisme, etnosentrisme, semua ini yang hendak saya kritik melalui Bebas. Manusia menerima perbedaan itu bullshit. Pada umumnya, manusia benci perbedaan, mereka mencari yang sama kemudian berkelompok. Karena mereka ingin menjadikan dunia tempat yang nyata bagi mereka, maka mereka berusaha menobatkan manusia lain yang berbeda menjadi sama dengan mereka. 

Dalam cerita, ada komentar yang sangat tepat mengenai Bebas, "I saw first, it's mine". 
Kemudian setelah benihnya tumbuh menjadi yang tidak ia harapkan, awalnya ia marah, namun perlahan ia siap menerimanya, ia kembali lagi. Namun ternyata benih itu benih plin-plan sehingga ia malah memiliki dua identitas dan menjadi abnormal. Bebas terlihat tidak terima karena pohon ini tumbuh tidak seperti yang ia inginkan, dan sesungguhnya dia sadar bahwa itu terjadi karena kesalahannya sendiri, namun alam sadarnya tidak mau mengakuinya. Ini juga merepresentasikan seseorang dalam menghadapi aib. Seringkali ia menyalahkan pihak lain karena ada sesuatu yang membuatnya malu, padahal sesungguhnya hal itu terjadi karena dirinya sendiri. Point kedua : manusia selalu ingin hal yang diluar dirinya yang berubah demi dia. 

Maka dari itu, saya setuju dengan mereka yang mengatakan keanehan kenapa Bebas tidak berubah karakternya dari awal cerita hingga dewasa?
Karena ini sisi yang ingin saya angkat dari manusia, alih-alih mencoba untuk membuka diri, mereka seringkali menunjuk pihak lain sebagai penyebab ketidak bahagiaannya. Menyalahkan faktor lain, menyalahkan lingkungannya. Pada akhirnya, Bebas tidak menjadi apa-apa, karena "Pecundang sangat kaya akan alasan, sementara Juara terlalu sibuk untuk membuat alasan."

Beringin Mawar & Kakek
Kuharap, Kakek sudah jelas mensimbolkan sosok bijaksana dan baik, seperti misalnya Tuhan, atau juga Pendeta. Kakek saya coba gambarkan penuh pengharapan dan kesabaran, walau saya sadar sepenuhnya saat menuliskan si Kakek menampar Bebas hingga tuli sebelah (yah, sabar juga ada batasnya, kan?). Namun sesungguhnya peranana Kakek disini adalah sebagai simbol pengharapan dan kepantang menyerahan. Ia tahu sebaiknya ia tidak menyerah membajak sawah, karena ia berharap bahwa kelak dunia ini akan berubah. Benih unggulan itu telah ditunggunya sejak lama namun sayang sekali Bebas lebih dahulu menemukannya. Tapi karena dia cinta kebebasan, maka dia membiarkan Bebas melakukan apa yang ia mau. 

Apakah ini sudah sedikit banyak menjawab pertanyaan klasik teman-teman atheis; "Kalau Tuhan itu ada, kenapa ada kejahatan?"

Beringin Mawar menggambarkan ketangguhan manusia secara individu, berlawanan dengan Bebas yang menggambarkan sifat manusia secara sosial. Tidak merujuk pada individu tertentu, karena setiap dari kita sesungguhnya seunik Beringin Mawar, dan tentunya bisa setangguh Beringin Mawar. Apa yang tidak membunuh kita, membuat kita semakin kuat. 

Bebas yang menanam benih di tanah bersampah dan buruk ini melambangkan bahwa seorang individu (Beringin Mawar) tidak bisa memilih dimana ia akan dilahirkan, ia harus siap dengan segala tantangan hidup yang dikondisikan terhadapnya. Maka bila seseorang pantang menyerah, ia pun bisa tumbuh di tempat tertandus sekalipun. Akar benih yang tumbuh dalam sehingga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bertunas merepresentasikan bahwa setiap orang selalu butuh waktu untuk tumbuh. Tidak peduli berapa lama yang ia butuhkan, yang manusia butuhkan hanyalah waktu. Maka dari itu, bersabarlah dalam tumbuh. Teruslah kembangkan akarmu untuk mencari "makanan" sehingga kau bisa bertunas.

Ada benarnya untuk seseorang yang mengatakan bahwa Bebas dan Kakek seperti ayah ibu. Tapi tidak hanya berlaku bagi seorang yang diharapkan lahir sebagai perempuan namun ternyata ia laki-laki. Ini juga berlaku dengan preferensi, orientasi dan cita-cita seseorang manusia yang kadang kala ditentang oleh keluarganya sendiri (Bebas). Ada seorang yang ingin menjadi Insinyur, namun keluarganya memaksanya sebagai dokter karena lebih mudah mendapatkan uang. Ada orang yang ingin menjadi penulis, namun keluarganya tidak setuju karena penulis itu hidupnya menyedihkan. 

Cita-cita adalah sesuatu yang menunjukkan jati dirimu. Setujulah pada orang yang mengatakan bahwa "jadikan hobimu sebagai pekerjaanmu, kau akan bermain sepanjang waktu.". Bisa dibilang, kau adalah apa yang kau lakukan.

Mengapa Bebas dibebaskan?
Terakhir, menanggapi pertanyaan yang sering kali muncul sehubungan dengan Bebas yang dibiarkan begitu saja, saya bermaksud untuk menekankan bahwa dalam hidup ini yang terpenting bukanlah karma, tapi apa yang kau lakukan bagi lingkunganmu. Biarkan dunia menentangmu, kau tidak perlu menunggu nasib buruk apa yang akan diterimanya. Bahkan saya rasa itu jahat karena setara dengan dendam. Tidak usah pedulikan mereka yang menyakitimu, biar mereka berkata apa, karena pada akhirnya, saat semua telah berakhir, urusan hanya ada antara kau dan Tuhan.

Akhir kata
Demikianlah respon saya terhadap respon-respon teman-teman tentang cerpen Beringin Mawar. Terima kasih karena telah membacanya dan menikmatinya. Sekalipun pada dasarnya saya mungkin menciptakan cerpen itu dengan konsep yang mungkin rumit, namun saya tetap membebaskan orang untuk berpendapat apa tentang cerpen ini. Mau dibilang ini cerpen anak-anak, terima kasih. Mau dibilang ini terlalu berat untuk anak-anak, terima kasih. Karena setiap respon dan interpretasi orang terhadap cerpen ini turut memperkaya makna cerpen Beringin Mawar.

Pada intinya, cerpen ini sesungguhnya memang ditulis sebagai alegori dan kritik serta motivasi. Jadi harap maklum andai ditemukan banyak kejanggalan di dalamnya.

Respon to responses : Beringin Mawar

Saja putuskan untuk menuliskan tanggapan dari respon orang-orang terhadap cerita Beringin Mawar di sini.

Cukup puas rasanya mengetahui beragam interpretasi orang mengenai cerpen saya ini. Ada yang sadar kalau ini alegori, ada yang terkesan, ada yang biasa-biasa aja, yang paling kocak adalah timbulnya gerakan Bebas Disamber Geledek. ROFL. Tapi perlu ditekankan bahwa tidak ada komentar yang salah, karena setiap orang benar atas cara pikir dan pengalamannya masing-masing. 

Saya ga mau mengganggu komentar yang diberikan dengan cara meralat atau mengkonfirmasi beberapa orang yang mengintepretasikan alegori itu, baik salah ataupun tepat di lapak Kasfan. Karena menyenangkan juga melihat beragam kesan orang terhadap cerita itu. Mau terima atau nggak, saya suka sekali membaca respon-respon orang terhadapnya, terutama karena saya jadi tahu sendiri cara berpikir seseorang dan cara seseorang memandang sesuatu. Apa subjektivitas para penulis itu. Menarik, bukan?

Dalam kasus inilah, "Kebenaran itu relatif" berlaku.

Pesan Sesungguhnya 
Cerita ini sesungguhnya adalah cerita tentang sabdha. Saya hendak menunjukkan betapa ampuhnya kata-kata itu yang seringkali disebut dengan "sugesti". Benih unggulan itu aslinya adalah benih mawar, yang kemudian Bebas mengatakan bahwa ia ingin beringin, maka dia jadi beringin. Tapi setelah tumbuh, Bebas mensabdhakan dia untuk menjadi mawar yang cantik. Maka benih ini terlihat bingung, "sebenernya saya ini ditakdirkan menjadi beringin atau mawar sih?" 

Setelah dia dibuang, dia dirawat oleh Kakek dan dibebaskan mau menjadi apa. Akhirnya ia tumbuh sebagai dua identitas, satu identitas aslinya dan yang kedua, identitas yang diinginkan bebas untuknya dahulu. Terakhir, Bebas berusaha membunuh Beringin Mawar, namun seperti kata Nietzsche; "Apa yang tidak membunuhmu, membuatmu semakin kuat". Beringin Mawar terus bertambah kuat hingga akhirnya ia mati karena sabdha dari Bebas terhadapnya.

Terakhir, harapan Kakek terhadap Beringin Mawar bahwa benih ini mampu menghidupkan kembali tanah gersang, menjadi kenyataan karena ia mensabdhakannya seperti itu. Beringin Mawar membuahkan sebuah buah yang akhirnya mampu menurunkan hujan dan menghidupkan dunia seperti harapan Kakek. Semua adalah sabdha dan sugesti. Salah satu kekuatan terbesar di alam raya ini .... menurut saya.

Siapakah Bebas?
Bebas tidak lain adalah sebutan saya bagi manusia. 
Makanya ada yang bingung, kenapa namanya bebas, padahal kolot. Ya, karena dia representasi dari manusia, dan ini butuh penjelasan lebih biar gak dibilang kalau kesimpulan ini katanya; "bolong logika" (maksudnya : logical fallacy). Tapi hampir di setiap cerita-cerita yang kutulis, aku selalu menuliskan bahwa "manusia berasal dari pancaran cinta yang menitis ke dunia karena kebebasan.", manusia bagian dari cinta yang menitis ke dunia karena adanya kebebasan. Ini agak-agak menggunakan pengaruh dari filosofi Neo-Platonisme, jadi bila anda masih kesulitan memahaminya atau belum mengerti, coba dibaca saja Neo-Platonisme.

Bebas adalah representasi dari manusia, mereka memang adalah kebebasan, namun kebebasan yang mereka terapkan, sangat jarang dilakukan demi orang lain. Manusia selalu mengembalikan kebebasan menurut sudut pandangnya sendiri. Karena mereka bebas, maka mereka bebas berbuat apapun, jarang ada orang yang mencintai kebebasan lantas berpikiran terbuka. Tapi, ya, mereka bebas. Bukti dari kebebasan manusia adalah; dunia ini terbangun karena kritik.

Saya tidak bermaksud menciptakan karakter Bebas menjadi begitu menyebalkan atau dia ada untuk menjadi karakter yang disebelin. Justru sebenarnya Bebas adalah kritik saya untuk reaksi masyarakat terhadap perbedaan. Jujur saja deh, kalau melihat sesuatu yang aneh atau tidak wajar, reaksi orang pertama kali pasti adalah curiga. Orang gak suka dengan yang aneh-aneh dan melenceng dari aslinya. Sebut saja misalnya Michael Jackson, Lady Gaga, atau di bidang sains, seperti teori Copernicus, Galileo. Bahkan seorang dari Yunani (maaf saya lupa nama beliau), barangkali dia adalah seorang yang pertama kali sadar bahwa matahari adalah batu yang bercahaya. Dan karena itu dia dibenci dan dianggap pagan. Dan ada kejadian yang membuat saya begitu miris dan mengagungkan Sigmund Freud, adalah ketika orang-orang dengan personality disorder dianggap kerasukan setan dan dikucilkan dari masyarakatnya (bebas). Inilah potret masyarakat yang coba saya kritik melalui Bebas. Mereka memang bebas, tapi seringkali menerapkan kebebasan untuk dirinya sendiri sehingga akhirnya, mereka tidak membebaskan orang lain.

Contoh lain yang merepresentasikan Bebas adalah rasisme, fasisme, etnosentrisme, semua ini yang hendak saya kritik melalui Bebas. Manusia menerima perbedaan itu bullshit. Pada umumnya, manusia benci perbedaan, mereka mencari yang sama kemudian berkelompok. Karena mereka ingin menjadikan dunia tempat yang nyata bagi mereka, maka mereka berusaha menobatkan manusia lain yang berbeda menjadi sama dengan mereka. 

Dalam cerita, ada komentar yang sangat tepat mengenai Bebas, "I saw first, it's mine". 
Kemudian setelah benihnya tumbuh menjadi yang tidak ia harapkan, awalnya ia marah, namun perlahan ia siap menerimanya, ia kembali lagi. Namun ternyata benih itu benih plin-plan sehingga ia malah memiliki dua identitas dan menjadi abnormal. Bebas terlihat tidak terima karena pohon ini tumbuh tidak seperti yang ia inginkan, dan sesungguhnya dia sadar bahwa itu terjadi karena kesalahannya sendiri, namun alam sadarnya tidak mau mengakuinya. Ini juga merepresentasikan seseorang dalam menghadapi aib. Seringkali ia menyalahkan pihak lain karena ada sesuatu yang membuatnya malu, padahal sesungguhnya hal itu terjadi karena dirinya sendiri. Point kedua : manusia selalu ingin hal yang diluar dirinya yang berubah demi dia. 

Maka dari itu, saya setuju dengan mereka yang mengatakan keanehan kenapa Bebas tidak berubah karakternya dari awal cerita hingga dewasa?
Karena ini sisi yang ingin saya angkat dari manusia, alih-alih mencoba untuk membuka diri, mereka seringkali menunjuk pihak lain sebagai penyebab ketidak bahagiaannya. Menyalahkan faktor lain, menyalahkan lingkungannya. Pada akhirnya, Bebas tidak menjadi apa-apa, karena "Pecundang sangat kaya akan alasan, sementara Juara terlalu sibuk untuk membuat alasan."

Beringin Mawar & Kakek
Kuharap, Kakek sudah jelas mensimbolkan sosok bijaksana dan baik, seperti misalnya Tuhan, atau juga Pendeta. Kakek saya coba gambarkan penuh pengharapan dan kesabaran, walau saya sadar sepenuhnya saat menuliskan si Kakek menampar Bebas hingga tuli sebelah (yah, sabar juga ada batasnya, kan?). Namun sesungguhnya peranana Kakek disini adalah sebagai simbol pengharapan dan kepantang menyerahan. Ia tahu sebaiknya ia tidak menyerah membajak sawah, karena ia berharap bahwa kelak dunia ini akan berubah. Benih unggulan itu telah ditunggunya sejak lama namun sayang sekali Bebas lebih dahulu menemukannya. Tapi karena dia cinta kebebasan, maka dia membiarkan Bebas melakukan apa yang ia mau. 

Apakah ini sudah sedikit banyak menjawab pertanyaan klasik teman-teman atheis; "Kalau Tuhan itu ada, kenapa ada kejahatan?"

Beringin Mawar menggambarkan ketangguhan manusia secara individu, berlawanan dengan Bebas yang menggambarkan sifat manusia secara sosial. Tidak merujuk pada individu tertentu, karena setiap dari kita sesungguhnya seunik Beringin Mawar, dan tentunya bisa setangguh Beringin Mawar. Apa yang tidak membunuh kita, membuat kita semakin kuat. 

Bebas yang menanam benih di tanah bersampah dan buruk ini melambangkan bahwa seorang individu (Beringin Mawar) tidak bisa memilih dimana ia akan dilahirkan, ia harus siap dengan segala tantangan hidup yang dikondisikan terhadapnya. Maka bila seseorang pantang menyerah, ia pun bisa tumbuh di tempat tertandus sekalipun. Akar benih yang tumbuh dalam sehingga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bertunas merepresentasikan bahwa setiap orang selalu butuh waktu untuk tumbuh. Tidak peduli berapa lama yang ia butuhkan, yang manusia butuhkan hanyalah waktu. Maka dari itu, bersabarlah dalam tumbuh. Teruslah kembangkan akarmu untuk mencari "makanan" sehingga kau bisa bertunas.

Ada benarnya untuk seseorang yang mengatakan bahwa Bebas dan Kakek seperti ayah ibu. Tapi tidak hanya berlaku bagi seorang yang diharapkan lahir sebagai perempuan namun ternyata ia laki-laki. Ini juga berlaku dengan preferensi, orientasi dan cita-cita seseorang manusia yang kadang kala ditentang oleh keluarganya sendiri (Bebas). Ada seorang yang ingin menjadi Insinyur, namun keluarganya memaksanya sebagai dokter karena lebih mudah mendapatkan uang. Ada orang yang ingin menjadi penulis, namun keluarganya tidak setuju karena penulis itu hidupnya menyedihkan. 

Cita-cita adalah sesuatu yang menunjukkan jati dirimu. Setujulah pada orang yang mengatakan bahwa "jadikan hobimu sebagai pekerjaanmu, kau akan bermain sepanjang waktu.". Bisa dibilang, kau adalah apa yang kau lakukan.

Mengapa Bebas dibebaskan?
Terakhir, menanggapi pertanyaan yang sering kali muncul sehubungan dengan Bebas yang dibiarkan begitu saja, saya bermaksud untuk menekankan bahwa dalam hidup ini yang terpenting bukanlah karma, tapi apa yang kau lakukan bagi lingkunganmu. Biarkan dunia menentangmu, kau tidak perlu menunggu nasib buruk apa yang akan diterimanya. Bahkan saya rasa itu jahat karena setara dengan dendam. Tidak usah pedulikan mereka yang menyakitimu, biar mereka berkata apa, karena pada akhirnya, saat semua telah berakhir, urusan hanya ada antara kau dan Tuhan.

Akhir kata
Demikianlah respon saya terhadap respon-respon teman-teman tentang cerpen Beringin Mawar. Terima kasih karena telah membacanya dan menikmatinya. Sekalipun pada dasarnya saya mungkin menciptakan cerpen itu dengan konsep yang mungkin rumit, namun saya tetap membebaskan orang untuk berpendapat apa tentang cerpen ini. Mau dibilang ini cerpen anak-anak, terima kasih. Mau dibilang ini terlalu berat untuk anak-anak, terima kasih. Karena setiap respon dan interpretasi orang terhadap cerpen ini turut memperkaya makna cerpen Beringin Mawar.

Pada intinya, cerpen ini sesungguhnya memang ditulis sebagai alegori dan kritik serta motivasi. Jadi harap maklum andai ditemukan banyak kejanggalan di dalamnya.

Rabu, 04 Juli 2012

Tulisanmu, Petualanganmu

Cerita adalah buah pikiran dan imajinasi. Cerita biasanya terjadi karena ada sebuah konflik yang bertumbukan di dalamnya. Konflik antara ini dan itu, atau untuk memandang sesuatu dari sisi lain yang selama ini diabaikan.

Coba sesekali tulislah cerita yang ingin sekali kau tulis. Jangan lupa sisipkan sisi dirimu yang kuat sebagai tokohnya dan sisi lain yang menentangmu sebagai tokoh kedua. Masukkan argumentasi di antara keduanya dimana mereka sama-sama tidak saling sepakat dan terus memiliki cara untuk menggulingkan argumentasi lawannya. Cerita seperti ini biasanya akan mengubah cara pandang penulisnya sendiri. Cerita yang seperti ini yang akan mendewasakan penulisnya karena ia baru saja mengimplementasikan keabstrakan yang selama ini bertentangan dalam dirinya.

Menulis cerita berarti menuliskan petualangan yang tidak kau dapatkan di dunia nyata namun kau inginkan.
Tulislah cerita yang baik, dan kau mungkin akan dapat mengubah hidupmu sendiri.

Bukankah seorang pengecut yang ingin menjadi berani adalah orang yang paling tahu cara menulis cerita tentang keberanian?
Bukankah seorang penipu yang jujur adalah orang yang paling tahu bagaimana menulis tentang integritas dan kebohongan?
Dan bukankah sang 'forever alone' biasanya adalah orang paling romantis yang kau kenal?

Jangan ragu memasukkan dirimu ke dalam ceritamu, tulislah petualangan yang kau inginkan, seperti halnya para musikus yang menciptakan sebuah lagu karena mereka ingin mendengar lagu tersebut.

Tulisanmu, Petualanganmu

Cerita adalah buah pikiran dan imajinasi. Cerita biasanya terjadi karena ada sebuah konflik yang bertumbukan di dalamnya. Konflik antara ini dan itu, atau untuk memandang sesuatu dari sisi lain yang selama ini diabaikan.

Coba sesekali tulislah cerita yang ingin sekali kau tulis. Jangan lupa sisipkan sisi dirimu yang kuat sebagai tokohnya dan sisi lain yang menentangmu sebagai tokoh kedua. Masukkan argumentasi di antara keduanya dimana mereka sama-sama tidak saling sepakat dan terus memiliki cara untuk menggulingkan argumentasi lawannya. Cerita seperti ini biasanya akan mengubah cara pandang penulisnya sendiri. Cerita yang seperti ini yang akan mendewasakan penulisnya karena ia baru saja mengimplementasikan keabstrakan yang selama ini bertentangan dalam dirinya.

Menulis cerita berarti menuliskan petualangan yang tidak kau dapatkan di dunia nyata namun kau inginkan.
Tulislah cerita yang baik, dan kau mungkin akan dapat mengubah hidupmu sendiri.

Bukankah seorang pengecut yang ingin menjadi berani adalah orang yang paling tahu cara menulis cerita tentang keberanian?
Bukankah seorang penipu yang jujur adalah orang yang paling tahu bagaimana menulis tentang integritas dan kebohongan?
Dan bukankah sang 'forever alone' biasanya adalah orang paling romantis yang kau kenal?

Jangan ragu memasukkan dirimu ke dalam ceritamu, tulislah petualangan yang kau inginkan, seperti halnya para musikus yang menciptakan sebuah lagu karena mereka ingin mendengar lagu tersebut.

Sabtu, 23 Juni 2012

Arab Literature Blog

Yup. Baru saja menemukan blog bagus untuk mengembangkan skill kepenulisan. Awalnya dari membicarakan tentang Adonis bersama seorang teman dan tidak sengaja malah menemukan blog ini. Saya sempat jalan-jalan sebentar dan tertarik sekali dengan kontennya.

Di sini ada beberapa tips-tips kepenulisan, nasihat dari orang Timur Tengah yang tentunya tidak kalah dengan penulis Eropa ... apalagi Amerika. Berikut saya kutip isinya, yang membuat saya naksir blog ini.

Advice on Writing from Khaled al-Berry

Berry was shortlisted for the 2011 International Prize for Arabic Fiction (IPAF). His memoir “Life is More Beautiful than Paradise” explores his adolescent involvement in the Jama’a al-Islamiya.
Keep a notepad – always, always keep a notepad – everywhere, absolutely everywhere. You don’t know when the brilliant idea might come.
If you have access to children, talk to them, invent stories and watch their reactions. You will learn what makes a story exciting. You will also learn to… be brave, which is the third thing you must do. Don’t refrain from following a new line in the plot as it emerges. It might prove to be the key element in the story.
Use technology. Keynote or PowerPoint slides are very effective in organizing and editing the story.
Watch loads of movies. But read only good books. Bad ones ruin your taste.
If someone asks you for advice, give them general advice. Don’t give away your special tips. I make an exception here because it’s the first time I’ve been asked. So make use of this chance.

Keren, kan advicenya? Tertarik? Silakan klik untuk berjalan-jalan