Kutulis puisi di atas pasir,
Melukis jiwamu dengan untaian kata,
Menjadi gila karena tuakmu,
Bersama malam ... melintasi bintang.
...cinta kita bagai puisi di atas pasir...
Izinkan saya untuk menguraikan puisi yang saya buat setelah membaca wikipedia dari kisah Layla dan Majnun itu.
"Kutulis puisi di atas pasir
Melukis jiwamu dengan untaian kata"
Setelah Layla menikah dengan orang lain, Majnun, seperti orang patah hati lainnya, pergi mengembara ke alam liar, dan tertulis di wikipedia bahwa ia kadang akan menulis puisi tentang Layla di atas pasir. Sedangkan pada bait ke dua, mengapa saya menggunakan kata "jiwa" daripada yang lain? Karena jiwa adalah apa yang khas dari setiap individu. Jiwa yang membuat seseorang, seseorang. Jadi saya selalu percaya bahwa ketika orang mencintai orang lain diluar dari penampilan fisiknya, karena orang itu menjadi dirinya sendiri, maka orang itu telah mencintai jiwanya.
When Majnun heard of her marriage, he fled the tribe camp and began wandering the surrounding desert. His family eventually gave up hope for his return and left food for him in the wilderness. He could sometimes be seen reciting poetry to himself or writing in the sand with a stick.
"Menjadi gila karena tuakmu,"
Majnun berarti "orang gila". Ia dikatakan gila oleh orang di sekitarnya karena tergila-gila oleh Layla. Sedangkan arti "tuak" semacam minuman yang dapat membuat mabuk. Saya tidak perlu mengatakan bahwa itu alegori untuk asmara, kan? ...ups.
"Bersama malam ... melintasi bintang."
Ini semacam linguistik trick. Konon nama Layla berarti "malam". Sedangkan "melintasi bintang" dari istilah kepenulisan "star-crossed", sebuah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan pasangan lintas bintang, pasangan yang menentang bintang. Zaman dahulu orang mengira bahwa takdir manusia sudah tertulis di bintang-bintang. Zaman sekarang pendapat ini dicoreng oleh astrologi ngasal yang dilakukan kolumnis majalah. Jadi arti dari "star-crossed" gampangnya adalah "kasih tak sampai"
The enduring popularity of the legend has influenced Middle Eastern literature, especially Sufiwriters, in whose literature the name Layla refers to their concept of the Beloved. The original story is featured in Bahá'u'lláh's mystical writings, the Seven Valleys. In Arabic, Layla means "night," and is thought to mean "one who works by night." This is an apparent allusion to the fact that the romance of the star-crossed lovers was hidden and kept secret. In the Arabic language, the word Majnunmeans "mad man." In addition to this creative use of language, the tale has also made at least one linguistic contribution, inspiring aTurkish colloquialism: to "feel like Mecnun" is to feel completely possessed, as might be expected of a person who is literally madly in love.