Tampilkan postingan dengan label Pengertian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengertian. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 April 2012

Jakarta Past

Jakarta Past

Jakarta Past


The area in and around modern Jakarta was part of the fourth century Sundanese kingdom of Tarumanagara, one of the oldest Hindu kingdoms in Indonesia. Following the decline of Tarumanagara, its territories, including the Jakarta area, became part of the Kingdom of Sunda. From 7th to early 13th century port of Sunda is within the sphere of influence of Srivijaya maritime empire. According to the Chinese source, Chu-fan-chi, written circa 1200, Chou Ju-kua reported in the early 13th century Srivijaya still ruled Sumatra, the Malay peninsula, and western Java (Sunda). The source reports the port of Sunda as strategic and thriving, pepper from Sunda being among the best in quality. The people worked in agriculture and their houses were built on wooden piles. The harbour area became known as Sunda Kelapa and by the fourteenth century, it was a major trading port for Sunda kingdom.



The first European fleet, four Portuguese ships from Malacca, arrived in 1513 when the Portuguese were looking for a route for spices. The Kingdom of Sunda made an alliance treaty with Portugal by allowing the Portuguese to build a port in 1522 in order to defend against the rising power of the Sultanate of Demak from central Java. In 1527, Fatahillah, a Javanese general from Demak attacked and conquered Sunda Kelapa, driving out the Portuguese. Sunda Kelapa was renamed Jayakarta, and became a fiefdom of the Sultanate of Banten which became a major Southeast Asia trading center.



Through the relationship with Prince Jayawikarta from the Sultanate of Banten, Dutch ships arrived in Jayakarta in 1596. In 1602, the English East India Company's first voyage, commanded by Sir James Lancaster, arrived in Aceh and sailed on to Banten where they were allowed to build a trading post. This site became the center of English trade in Indonesia until 1682.
Jayawikarta is thought to have made trading connections with the English merchants, rivals of the Dutch, by allowing them to build houses directly across from the Dutch buildings in 1615.



loramalunkblog
The former Stadhuis of Batavia, the seat of Governor General of VOC. The building now serves as Jakarta History Museum, Jakarta Old Town area.



loramalunkblog
Batavia c.1870




When relations between Prince Jayawikarta and the Dutch deteriorated, Jayawikarta's soldiers attacked the Dutch fortress. Prince Jayakarta's army and the English were defeated by the Dutch, in part owing to the timely arrival of Jan Pieterszoon Coen (J.P. Coen). The Dutch burned the English fort, and forced the English to retreat on their ships. The victory consolidated Dutch power and in 1619 they renamed the city Batavia.
Commercial opportunities in the capital of the Dutch colony attracted Indonesian and especially Chinese immigrants. This sudden population increase created burdens on the city. Tensions grew as the colonial government tried to restrict Chinese migration through deportations. On 9 October 1740, 5,000 Chinese were massacred by the Dutch and the following year, Chinese inhabitants were moved to Glodok outside the city walls. The city began to move further south as epidemics in 1835 and 1870 encouraged more people to move far south of the port. The Koningsplein, now Merdeka Square was completed in 1818, the housing park of Menteng was started in 1913, and Kebayoran Baru was the last Dutch-built residential area. By 1930 Batavia had more than 500,000 inhabitants, including 37,067 Europeans.
During World War II, the city was renamed from Batavia to "Jakarta" (short form of Jayakarta) by the Indonesian nationalists after conquering the city from the Dutch in 1942 with the help of the Japanese forces.

Independence era


Following World War II, Indonesian Republicans withdrew from Allied-occupied Jakarta during their fight for Indonesian independence and established their capital in Yogyakarta. In 1950, once independence was secured, Jakarta was once again made the national capital. Indonesia's founding president, Sukarno, envisaged Jakarta as a great international city, and instigated large government-funded projects with openly nationalistic and modernist architecture. Projects included a clover-leaf highway, a major boulevard (Jalan MH Thamrin-Sudirman), monuments such as The National Monument, Hotel Indonesia, a shopping centre, and a new parliament building. In October 1965, Jakarta was the site of an abortive coup attempt in which 6 top generals were killed, precipitating a violent anti-communist purge in which half-a million people were killed, including many ethnic Chinese, and the beginning of Suharto's New Order. A monument stands where the generals' bodies were dumped.
In 1966, Jakarta was declared a "special capital city district" (daerah khusus ibukota), thus gaining a status approximately equivalent to that of a state or province. Lieutenant General Ali Sadikin served as Governor from the mid-60's commencement of the "New Order" through to 1977; he rehabilitated roads and bridges, encouraged the arts, built several hospitals, and a large number of new schools. He also cleared out slum dwellers for new development projects—some for the benefit of the Suharto family—and tried to eliminate rickshaws and ban street vendors. He began control of migration to the city in order to stem the overcrowding and poverty. Foreign investment contributed to a real estate boom which changed the face of the city.
The boom ended with the 1997/98 East Asian Economic crisis putting Jakarta at the center of violence, protest, and political maneuvering. After 32 years in power, support from President Suharto began to wane. Tensions reached a peak in when four students were shot dead at Trisakti University by security forces; four days of riots and violence ensued that killed an estimated 1,200, and destroyed or damaged 6,000 buildings. Much of the rioting targeted Chinese Indonesians. Suharto resigned as president, and Jakarta has remained the focal point of democratic change in Indonesia. Jemaah Islamiah-connected bombings occurred almost annually in the city between 2000 and 2005, with another bombing in 2009.

Source: Wikipedia and Google.




Selasa, 17 April 2012

Salju!


Salju!



Salju adalah air yang jatuh dari awan yang telah membeku menjadi padat dan seperti hujan. Salju terdiri atas partikel uap air yang kemudian mendingin di udara atas (lihat atmosfer, biosfer, iklim, meteorologi, cuaca) jatuh ke bumi sebagai kepingan empuk, putih, dan seperti kristal lembut kepingan salju, pakis seperti kristal es, kelompok dari kesemuanya).


Pada suhu tertentu (disebut titik beku, 0° Celsius, 32° Fahrenheit), salju biasa meleleh dan hilang. Proses saat salju/es berubah secara langsung ke dalam uap air tanpa mencair terlebih dulu disebut menyublim. Proses lawannya disebut pengendapan.


Saat salju membeku, sering kali menjadi pecahan kecil yang disebut "kepingan salju". Salju merupakan prasyarat buat kegiatan olah raga musim dingin seperti ski dan kereta luncur).


Di dunia, salju biasa terjadi pada negeri beriklim subtropis dan sedang. Namun, ada juga daerah tropis yang bersalju, yakni di Pegunungan Jayawijaya dan Barisan Sudirman di Papua, Indonesia.




Minggu, 15 April 2012

Dunia Gemerlap Malam

Dunia Gemerlap Malam

Dugem

Menikmati Clubbing, sebuah kata kerja yang berasal dari kata Club (Klab), yang berarti pergi ke klub-klub (klab-klab) pada akhir pekan atau sehabis jam kerja, untuk mendengarkan musik di akhir pekan untuk melepaskan kepenatan dan semua beban ritual sehari-hari. Di Indonesia, clubbing sering juga disebut Dugem, Dunia Gemerlap Malam, karena tidak lepas dari kilatan lampu disko yang gemerlap dan dentuman music techno yang dimainkan oleh para DJ hentel yang terkadang datang dari luar negeri.
Clubbing tidaklah merupakan hal yang meresahkan sampai kita mendengar istilah-istilah "Tripping 100 jam", "Pump up your sex with ecstasy", sampai "Get the best your orgasm with ecstasy". Kita tidak akan membicarakan para junkie atau pecandu putaw yang nyolong dan malak karena gak punya duit saat sakaw (karena secara fisik ecstasy tidaklah bersifat adiksi) atau para pelacur (Jablay) jalanan yang terpaksa melacur karena kebutuhan ekonomi. Yang akan kita bahas adalah para eksekutif yang secara materi tidak pernah kekurang tapi selalu menghabiskan akhir pekan mulai dari jumat malam sampai senin pagi di lantai diskotik, dan juga para wanita mulai dari ibu-ibu sampai anak sekolah yang asyik geleng-geleng dan dengan santainya melakukan "One Night Stand (Aktifitas seks sekali pakai dan terlupakan).

















Para clubbers (sebutan orang yang suka clubbing) berasal dari berbagai macam tingkatan sosial mulai dari Tukang parkir, Eksekutif, oknum kepolisian dan TNI, Pelajar biasa, Sampai "Ibu-ibu" rumah tangga. Usinya pun beragam mulai dari remaja belasan tahun sampai kakek-kakek yang sudah bau tanah #eh.


Beberapa media cetak yang seharusnya bersikap netral dan berfungsi sebagai potret dari realitas sosial malahan memuat artikel-artikel yang menjurus dan memancing para pembacanya untuk mencicipi dunia gemerlap tersebut dengan mengagung-agungkan motto P.L.U.R, Peace, Love, Unity, and Respect.











Selasa, 10 April 2012

Raggae

REGGAE


Reggae adalah suatu aliran musik yang awalnya dikembangkan di Jamaika pada akhir era 60-an. Sekalipun kerap dipergunakan secara luas untuk menyebut hampir segala jenis musik Jamaika, istilah reggae lebih tepatnya merujuk pada gaya musik khusus yang muncul mengikuti perkembangan ska dan rocksteady.


Reggae berbasis pada gaya ritmis yang bercirikan aksen pada off-beat atau sinkopasi, yang disebut sebagai skank. Pada umumnya reggae memiliki tempo lebih lambat daripada ska maupun rocksteady. Biasanya dalam reggae terdapat aksentuasi pada ketukan kedua dan keempat pada setiap bar, dengan gitar rhythm juga memberi penekanan pada ketukan ketiga; atau menahan kord pada ketukan kedua sampai ketukan keempat dimainkan. Utamanya "ketukan ketiga" tersebut, selain tempo dan permainan bassnya yang kompleks yang membedakan reggae dari rocksteady, meskipun rocksteady memadukan pembaruan-pembaruan tersebut secara terpisah.


Beberapa nama yang terkenal dalam dunia musik Reggae dan sub-ragamnya Indonesia antara lain D'riie Ambazsador,Tony Q Rastafara, Souljah, Ras Muhamad, Joni Agung (Bali), New Rastafara,Songket Reggae (yogyakarta),Marasta (Yogyakarta),Mbah Surip (Mojokerto)dan Marapu (Yogyakarta/Waingapu Sumba NTT) Selain itu ada juga grup reggae Coconut Head yang berasal dari Medan. Band reggae ini termasuk band pertama yang menggunakan nama "Coconut Head" di seluruh dunia.




Beberapa nama yang terkenal dalam dunia musik Reggae dan sub-ragamnya Indonesia antara lain D'riie Ambazsador,Tony Q Rastafara, Souljah, Ras Muhamad, Joni Agung (Bali), New Rastafara,Songket Reggae (yogyakarta),Marasta (Yogyakarta),Mbah Surip (Mojokerto)dan Marapu (Yogyakarta/Waingapu Sumba NTT) Selain itu ada juga grup reggae Coconut Head yang berasal dari Medan. Band reggae ini termasuk band pertama yang menggunakan nama "Coconut Head" di seluruh dunia.
Sekitar tahun 1986 musik Reggae mulai dikumandangkan di Indonesia, band tersebut adalah barbet comunity, Black Company sebuah band dengan genre Reggae, beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya, kemudian ada Asian Force dan Abresso, Jamming. Kemudian muncul Band Cassavara''' dari (Jajarmaica, Wonosobo, Jawa Tengah)




Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae. Sebenarnya tidak ada kejadian khusus yang menjadi penanda awal muasalnya, kecuali peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari Ska dan Rocsteady, yang sempat populer di kalangan muda pada paruh awal hingga akhir tahun 1960-an, pada irama musik baru yang bertempo lebih lambat : reggae. Boleh jadi hingar bingar dan tempo cepat Ska dan Rocksteady kurang mengena dengan kondisi sosial dan ekonomi di Jamaika yang sedang penuh tekanan.


Kata "reggae" diduga berasal dari pengucapan dalam logat Afrika dari kata "ragged" (gerak kagok–seperti hentak badan pada orang yang menari dengan iringan musik ska atau reggae). Irama musik reggae sendiri dipengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik Afro-Caribean (Calypso, Merengue, Rhumba) dan musik rakyat Jamaika yang disebut Mento, yang kaya dengan irama Afrika. Irama musik yang banyak dianggap menjadi pendahulu reggae adalah Ska dan Rocksteady, bentuk interpretasi musikal R&B yang berkembang di Jamaika yang sarat dengan pengaruh musik Afro-Amerika. Secara teknis dan musikal banyak eksplorasi yang dilakukan musisi Ska, diantaranya cara mengocok gitar secara terbalik (up-strokes) , memberi tekanan nada pada nada lemah (syncopated) dan ketukan drum multi-ritmik yang kompleks.


Teknik para musisi Ska dan Rocsteady dalam memainkan alat musik, banyak ditirukan oleh musisi reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.


Album "Catch A Fire" (1972) yang diluncurkan Bob Marley and The Wailers dengan cepat melambungkan reggae hingga ke luar Jamaika. Kepopuleran reggae di Amerika Serikat ditunjang pula oleh film The Harder They Come (1973) dan dimainkannya irama reggae oleh para pemusik kulit putih seperti Eric Clapton, Paul Simon, Lee 'Scratch' Perry dan UB40. Irama reggae pun kemudian mempengaruhi aliran-aliran musik pada dekade setelahnya, sebut saja varian reggae hip hop, reggae rock, blues, dan sebagainya.





































































































































Jumat, 30 Maret 2012

Nenek Gayung

L
angsung aja, dari pada jadi otw berujung ke curhat nih ciri ciri nenek gayung, menurut teman saya yg tetangganya meninggal karena "ngobrol" dgn nenek gayung tersebut :

- Wanita Berusia Sekitar 50 Tahun Keatas - Kalo 17-25an mah mendingan daftar miss selebriti aja wkwkw
- Membawa Gayung - Ya iyalah bawa gayung, masa bawa payung, kalo bawa payung jd nenek payung donk cin .. wkwkw
- Membawa Tikar - Hati2 pada ciri ciri ini karena tidak semua nenek2 yg membawa tikar adalah nenek gayung, bisa saja itu nenek2 yg sedang piknik dgn brondong .. wkwkwk
- Memakai Baju Hitam Dari Atas Kebawah - Saya tidak tahu juga ya, apa nenek itu mempunyai baju lain selain hitam? mungkin kalau nenek itu memakai baju pink akan lebih cucok kelihatannya * :)
- Membawa Kain Kafan - Gak tau itu kain kafan atau bukan, apa itu kain buat dijual atau gimana ? yg jelas warnanya putih, kalo warna ijo itu Daun pisang bro .. :D
- Membawa Bendera Kuning - Mungkin jika saja si nenek membawa bendera oren, maka si nenek tersebut tidak akan ditakuti, karena mengira bahwa si nenek tersebut adalah Jak Angle.
Ciri Ciri Nenek Gayung jika Anda Bertemu Dengannya Dan Tips Ketika Bertemu dengannya :
- Nenek Gayung Biasanya Mengajak Ngobrol Korbannya
Jika Anda Bertemu dengan nenek gayung yg sesuai dengan kriteria yg diatas tadi, maka anda perlu waspada, jika benar, usahakan anda tidak mengobrol dengannya, dengan alasan apapun, meskipun si nenek mencoba merayu anda dengan memberikan secangkir teh sari wangi untuk membuat anda mengobrol dengannya.

Jika Anda Sudah Benar2 terdesak dan terpaksa untuk mengobrol dengannya dgn alasan apapun, maka yg harus anda lakukan adalah mengobrol dgnnya seperlunya, jangan ceritakan segala ttg anda, info pribadi anda, facebook anda, password facebook anda (Nenek2 Heker wakakakak), akun google anda, Email Anda, Pokoknya Ngobrol dgn nenek itu dengan Santai dan Relax, Enjoy serta tenang. Dan Jangan Berikan Nomor Telepon / HP anda kepada nenek itu. Pokoknya Jangan !! Jangan !!.

Jika anda sudah terlanjur, terlanjur basah memberikan Nope anda kpd nenek itu, usahakan jgn mengangkat telepon dari dia, apalagi smsan dgn nenek tersebut. Pokoknya Jangan !! Jangan !! Meskipun si nenek sudah mentransferkan anda pulsa senilai 10rb agar mau smsan dgnnya.

- Nenek Gayung Memandikan Korbannya
Satu lagi jika anda bertemu dengan nenek gayung pastikan anda tidak membawa sabun, sikat gigi pasta gigi atau peralatan mandi lainnya, usahakan jika anda berpergian disekitar TKP anda dalam keadaan bersih alias sudah mandi / tidak kumel, karena jika anda kotor maka nenek tersebut akan memandikan anda.. kalau anda bersih tidak ada alasan bagi nenek tersebut untuk memandikan anda. dan anda dapat dengan lantang berkata " YEE SAYA UDAH MANDI SIH ... Malu Tuh .. !! Wkwkwkw " .