Selasa, 10 Juli 2012

Cendekiawan yang "Sombong"


Ada sebuah masyarakat lalim yang tidak suka belajar dan setiap hari hanya bicara sampah. Mereka bergosip atas penderitaan dan aib orang lain dan menertawakannya.

Kemudian seorang cendekiawan mengkritik mereka, "apa kalian belajar matematika?"
Mereka menjawab, "tidak."
Sang cendekiawan pun paham kenapa mereka hanya bergosip atas penderitaan dan aib orang lain saja. Ia bermaksud menegur mereka, "sayang sekali. Kalian telah kehilangan separuh dari kehidupan kalian."

Tak lama si cendekiawan bertanya lagi, "apa kalian membaca tentang kebijaksanaan?"
Mereka menjawab, "tidak."
Sang cendekiawan pun paham kenapa mereka tidak suka belajar dan setiap hari hanya bicara sampah. Ia bermaksud menegur mereka secara implisit, "sayang sekali. Kalian telah kehilangan separuh dari kehidupan kalian."

Penduduk tidak mengerti teguran sang cendekiawan yang ingin membuat mereka menghabiskan waktu untuk belajar dan memperkaya diri, tidak dengan bergosip aib orang lain dan bicara sampah saja. Mereka hanya mengerti bahwa si cendekiawan sedang menghina mereka.

Tak lama kemudian salah seorang penduduk naik perahu bersama sang cendekiawan. Kapal mereka bocor.
Si penduduk bertanya, "kau bisa berenang tidak?"
Sang cendekiawan menjawab jujur, "tidak."
Penduduk itu senang bukan main dan membalas sakit hatinya, "sayang sekali, kau telah kehilangan separuh hidupmu."

Cendekiawan itu mati tenggelam, dikenal sebagai orang sombong. Masyarakat itu tetap membicarakan aib orang lain sebagai gosip makan siang dan terus bicara sampah.