Kamis, 21 Juni 2012

Surat Cinta


Kita adalah pancaran-pancaran kebebasan dari Cinta yang menitis ke dunia materi. Maka dari itu tidak perlu skeptisisme untuk meragukan darimana asal cinta dalam diri kita. Secara apriori, aku tahu bahwa kelak aku akan bertemu dengan sesosok pengada yang bermateri sebaik dirimu, semenawan dirimu. Kini aposteriori telah membuktikan bahwa materiku melihat materimu, namun tampaknya bukan materi yang menimbulkan afektivitas positifku terhadapmu.

Saat subjek berafektivitas positif terhadap subjek lainnya, cinta telah menjadi objek. Aku suka ucapan yang keluar dari materimu, aku juga suka dengan segala aktivitas yang dilakukan oleh rohmu … tampaknya rohku telah terpikat pada rohmu. Kini rohku bernyanyi dalam sebuah surat afektivitas positif yang dikuasai oleh sebentuk cinta kebaikan hati yang menjadikan cinta utilitaris menjadi begitu tampak adanya.

Kini ruang kerja rohku telah dikuasai oleh setiap gambaran tentang apa saja yang telah dilakukan oleh rohmu. Eksistensimu menjadi nyata di dalam interioritasku, dan membuat rohku ingin bernyanyi demi melihat seulas senyum terbias pada materimu. Tampaknya kau telah berhasil mengacaukan kinerja pecut rasio ku sehingga kuda epithumeaku menjadi mabuk dan menjadi begitu sulit kukendalikan sekarang. Maka tolong dimaafkan apabila rohku membuat materiku terlihat tidak rasional, dan logikaku menjadi tidak valid.

Sungguh sedih mengetahui bahwa rohku hanya bisa menyatakan diri dalam ada yang sederhana ini, semoga kesadaranmu tidak peka sehingga tidak menyadari bahwa surat ini kutulis untuk rohmu. Karena, toh, cinta hanyalah seberkas ilusi material yang hanya bertahan sepanjang dua jiwa saling terikat dalam satu segitiga cinta. Dan rohku sendiripun tidak berniat untuk mengakui sebongkah epithumea ini, dan thumosku sibuk memarahinya agar diam dan kembali tenang.