Sabtu, 14 Juli 2012

Potret Pendidikan Jaman Sekarang yang Sebagian Tidak Memegang Teguh Pada Karakter Bangsa



Sudah genap lima belas tahun ia mengabdikan diri kepada negara, namanya pak jarwo. Dia bekerja di sebuah Universitas negeri di jawatengah. Dulu saat masuk pertama kali ia menjadi tukang sapu dengan sampingan pekerjaan membuat dekor tulisan pengumuman ataupun ucapan selamat datang, karena dulu belum memakai MMT cetak seperti sekarang. Dulu dia punya tim sendiri kalau membuat tulisan yang ia buat dari gabus dan diukir menggunakan kater, namun itu semua tidak sebanding dengan pekerjaanya upah limapuluh ribu ditahun semibilan puluhan masih dibagikan kepada timnya yang berjumlah lima orang itu pun belum dengan biaya peralatannya.

Dari tukang sapu hingga menjadi penjaga malam waktu demi waktu dan sejak tahun 2007 ia diangkat menjadi staf administrasi dengan pendidikan yang masih SMA seperti pada saat masuk lima belas tahun silam, dan pada saat percakapan itu dia bilang kepadaku kamu sih mending mas masuk kerja gajinya langsung banyak hampir sama dengan gaji pns seperti saya, karena ijasah dan keahlianmu, aku menyesal mas kenapa tidak dari dulu aku melanjutkan kuliah, dulu sudah ditawari namun pemikiranku masih belum yakin akan kuliah. Dulu aku berfikir kuliah pun buat apa untuk seorang tukang sapu seperti saya, namun kini saya menyadari kalau ternyata kuliah sangat berguna, baik kertrampilan maupun ijazahnya pak jarwo awal tahun 2011 masuk kuliah di perguruan tinggi di semarang, sudah terlambat memang namun karena tuntutan zaman dan peningkatan jabatan pak jarwo yang paruh baya itu bertekat untuk belajar lagi, meskipun terkadang disaat pekerjaan yang banyak pak jarwo harus telfon teman sekelasnya untuk membuatkan tugas. Pak jarwo adalah saksi sejarah di instansi tempat ia bekerja karena instansi itu telah menghasilkan anak yang lulus dari sma hingga menjadi doktor dan kini bekerja seinstansi dengan pak jarwo sebagai dosen dan itu tidak hanya satu dosen. Pak jarwo adalah sosok yang sederhana keikhlasan dia dalam mengabdi kini sebanding dengan jeripayahnya yang ia lakukan dalam mengabdi, karena biaya kuliahnya ditanggung oleh dosen petinggi instansi tempat ia bekerja. Hari itu ketika aku mau mengajak pak jarwo untuk ngobrol sambil menikmati rokok sampoerna mild kesukaanya, kulihat dia sedang marah-marah dengan seorang mahasiswa aku takut untuk mendekat dan akhirnya aku merokok sendirian.

Keesokan harinya aku bertanya kepada pak jarwo perihal kemarahannya kemaren, dengan nada kesederhanaanya dia bilanggini mas, mahasiswa jaman sekarang itu sulit diatur pengennya membuat aturan sendiri dan kalau pas ujian gini baru dia datang dengan merengek rengek, apa pantas dia ikut ujian kalau dia hanya berangkat selama lima pertemuan dalam satu semester, kan lucu kalau saya memperbolehkan, kemaren dosen yang ngajar bilang untuk tidak memperbolehkan dia ikut ujian karena kehadirannya. Mahasiswa jaman sekarang alasanya banyak, ada yang tidak bisa bangun pagi lah, ada yang bilang kuliahnya terlalu pagi lah ada yang bilang praktek dan lain lain. Ya memang kemaren aku marah mas, aku prihatin dengan dia, susah payah orang tuanya mencarikan uang untuk pendidikan anaknya dan anaknya malah kuliah tidak ada semangatnya sama sekali, apa mereka tidak menyayangkan dengan waktu yang telah disia siakan, apa mereka tidak kasihan kalau sebenarnya ketika orang tuanya tidak punya uang, rela berhutang demi anaknya masih tetap sekolah dengan tujuan agar anaknya menjadi pintar. Kebanyakan mahasiswa sih tidak berfikir sejauh itu mas, coba sekarangkita lihat banyak media memberitakan banyak mahasiswa yang tugas akhirnya membeli dirental, dan berapa banyak mahasiswa yang melakukan plagiat. Sungguh mereka maunya yang instan tanpa memikirkan sebenarnya mereka yang sekarang berhasil menjadi orang sukses dulunya juga seorang yang pekerja keras penuh dengan pikiran yang positif, aktif dan juga penuh inofasi serta tidak gampang menyerah.

Kebanyakan dari mahasiswa jaman sekarang sudah jarang yang menggunakan sopan santun kepada dosennya bahkan banyak yang berbicara kotor kepada dosennya atau mentang-mentang dia anak pejabat, aku prihatin mas dengan mahasiswa jaman sekarang, itu kenapa kemaren aku marah-marah kepadanya. Yang aku inginkan tidak lebih dari kedisiplinan dan ketertiban supaya ilmu yang mereka dapatkan menjadi berkah sehingga ketika mereka menjadi seorang pejabat tidak melakukan suap menyuap atau bahkan yang lebih keji adalah korupsi yang sekarang sudah menjamur di kalangan pejabat tinggi negara kita.  


Aku terharu dengan dengan perkataan pak jarwo meskipun dia hanya lulusan sma namun jiwa dan pemikirannya adalah seorang sarjana, lagi-lagi pak jarwo adalah orang yang seharusnya dicontoh. Tapi untuk menjadi seorang yang pantas untuk dicontoh tidaklah mudah, pak jarwo meskipun sudah paruh baya lima belas tahun mengabdi namun kepribadiannya tidaklah berubah dari dulu sampai sekarang, setiap hari dia tidak pernah berangkat telat dia tipe orang pekerja keras dia juga tidak segan untuk membantu orang lain, mahasiswa juga sering ia bantu untuk menyelesaikan permasalahan dengan dosennya namun bukan permasalahan yang memang melanggar peraturan.

Bukan karena uang, bukan karena kecerdasan otak namun karena tekat dan menghargai waktu yang bisa merubah seseorang untuk menjadi sukses untuk menjadi besar, pak jarwo adalah contoh kecil dari banyak pegawai di instansi diseluruh indonesia. Betapa pemikiran orang kini menjadi penyesalan dan menjadi pekerjaan yang berulang karena disaat paruh baya harus melanjutkan kuliah, namun dibalik keikhlasannya tersimpan banyak energi positif yang menjadikan pak jarwo tidak kekurangan suatu apapun karena kebersyukurannya.

Dibalik cerita pak jarwo diatas kita melihat banyak mahasiswa yang karakter ketimurannya sudah berubah, karena terpengaruh oleh budaya barat yang sekarang sudah menjamur dikalangan mahasiswa dengan dalih “nggak gaul nggak unyu”. Budaya barat memang sekarang sudah banyak ditirukan oleh mahasiswa. Namun tidak semua mahasiswa yang seperti itu, masih banyak mahasiswa yang memegang teguh karakter bangsa.


Maka dari itu karakter bangsa mulai sekaranag harus ditanamkan pada diri kita atau kepada anak kita sejak dini, jangan kita selalu menyuruh orang lain sebelum kita sendiri melakukannya. 


Terimakasih tulisan dari saya semoga bermanfaat.