Kamis, 28 Juni 2012

Teori & Argumentasi : "Dragon"

Dragon. Term ini bukan term asing lagi bagi para penikmat fantasi ataupun mitologi. Bahasa Indonesia yang banyak mengambil kata serapan dari bahasa India, Hindu, Sansekerta pun menyamaratakan istilah Naga bagi makhluk-makhluk ini. Mengabaikan wujud aslinya (menurut Hindu), yakni, manusia setengah ular. Bagaimana dengan Liong? Seekor ular ikan raksasa yang merajai langit dan menyimbolkan beragam hal yang memengaruhi kehidupan manusia. Pantaskah Liong disamakan dengan Naga atau Dragon? Dan ketika melihat dari kebudayaan-kebudayaan dunia, banyak sekali sosok yang disebut Dragon, sekalipun bentuknya tidak seperti definisi wikipedia mengenai Dragon : "Serpentine and reptile traits". Ada Dragon yang berbentuk ular, burung, ayam, bahkan manusia. Jadi, apakah definisi tepat untuk menggolongkan makhluk ke dalam golongan "Dragon"?


serpentine


West Dragon dan Liong
Ketika mendengar kata ini, orang akan membayangkan sosok reptil raksasa yang dapat menyemburkan api dan memiliki sayap. Padahal kenyataannya tidak semua Dragon memiliki sayap, dan tidak semua Dragon menyemburkan api. Drake adalah jenis Dragon yang tidak memiliki sayap dan Leviathan adalah jenis Dragon yang tidak menyemburkan api. 


Dragon menurut versi orang Eropa merupakan sosok yang merepresentasikan iblis. Entah hal ini karena pengaruh budaya Kristen atau memang persepsi orang Eropa sejak dahulu mengenai Dragon sudah buruk sehingga mengidentikkan Dragon dengan iblis ketika agama Kristen mulai berkembang di kalangan mereka. Karena Kristen berasal dari budaya semitik, maka sebelum menuduh Kristen mensetankan makna Dragon, lebih baik diselidiki dulu, apa yang orang Israel maksud dengan kata "Dragon" sehingga disamakan dengan Dragon bagi orang barat.

Saat sebuah agama memasuki daerah dari kebudayaan yang lain dari asal agama tersebut, agama itu akan mengakibatkan terjadinya percampuran budaya. Sama saja seperti ketika Islam masuk ke Indonesia, budaya Hindu pun berkawin campur dengan budaya Islam dan sebuah pura akhirnya menjadi menara bedug.
Dragon Eropa yang hampir selalu digambarkan sebagai villain
Dalam kasus ini, bisa jadi orang-orang Eropa memang sudah dari awalnya memusuhi Dragon dan menganggapnya sebagai sesuatu yang diluar kekuatan manusia dan terkesan menakutkan. Atau sesuatu yang supernatural dan jahat bagi kehidupan manusia. Maka dari itu ketika budaya Kristen masuk, term "iblis" mengalami percampuran budaya dan disamakan dengan term "Dragon". 

Liong
Hal ini menjadi bentrok dengan adat timur yang tampaknya memandang bentuk supernatural tersebut lebih positif. Orang Timur cenderung menganggap bahwa Liong adalah makhluk yang baik, membawa keberuntungan, mengatur keseimbangan suhu dan sosok kuat yang agung. Saya maklum saja bila orang-orang timur tersinggung bila Liong disamakan dengan Dragon. 

Namun menggunakan argumentasi seperti ini untuk menepis pendapat bahwa Liong bukanlah "Dragon", bukan merupakan argumentasi yang kuat. Bila kita jeli memeriksa dengan teliti, perbedaan antara Liong dan Dragon yang diajukan ini bentuknya sangat persepsif. Sama saja ketika kita menggunakan warna putih, orang barat mungkin menganggapnya suci, bersih dan anggun, warna pernikahan sebagai awal sesuatu yang baru, sedangkan orang timur menganggapnya sebagai warna duka dan mengenakan warna ini ketika ada kerabat yang meninggal dunia. Namun apapun itu, putih tetaplah putih. Inilah yang disebut dengan argumentasi persepsif, dimana perdebatan terjadi karena cara pandang yang berbeda. Sangat subjektif. Maka dari itu dengan perdebatan ini, tidak ada yang dapat dipersalahkan karena semuanya benar. Benar bahwa warna putih adalah warna duka, benar bahwa warna putih adalah warna suci awal kelahiran baru. Namun sekalipun berbeda pandangan, itu tetap warna putih. 


Demikian pula dengan Liong dan Dragon. Sekalipun orang Kristen memandangnya secara negatif, dan orang China memandangnya secara sangat positif, itu tetaplah sosok yang sama. Dimanapun orang akan mengatakan bahwa Liong adalah sejenis "Dragon". 

Semoga artikel ini dapat memberikan sudut pandang baru untuk menengahi argumentasi antara "Dragon", Dragon dan Liong. 


Lalu apa itu "Dragon", bila dari fisik tidak menentukan, dari persepsi tidak menentukan?
Cobalah cari daftar lengkap tentang "Dragon" yang ada di dunia ini, dan bacalah kisah-kisah mereka. Mungkin saya kurang banyak membaca, tapi menyimpulkan dari Quezacoalt, Hydra, Uroboros, Qing Long, Tanihwa, dan  makhluk-makhluk lainnya yang selalu digolongkan sebagai "Dragon", saya menarik kesimpulan bahwa yang menentukan sesosok makhluk sebagai "Dragon" atau bukan itu adalah fungsi/sifatnya, kemudian baru fisiknya.

Biasanya "Dragon" di dunia tampil sebagai makhluk adi kuasa dengan keuatan super yang jauh melampaui manusia. Mereka selalu merepresentasikan sesuatu, entah itu unsur alam, persona alam, hingga sifat-sifat manusia (seringkali yang buruk). Maka sejauh ini saya simpulkan bahwa "Dragon" adalah seekor makhluk supernatural yang jauh melampaui manusia, tapi dia biasanya bukan dewa atau tuhan, (seharusnya) bukan pula iblis dan biasanya dekat dengan alam. "Dragon" itu seperti personifikasi dari alam bisu (awan, langit, bumi, pohon, dll) yang aktif dan sempurna. Sayangnya, hal ini terkadang menjadi rancu dan bentrok antar budaya, dikarenakan tidak ada term general bagi "Dragon" sehingga orang-orang lebih cenderung menggunakan term "Dragon" untuk menggambarkan Dragon, Wyvern, Drake, Liong, Naga, Tanihwa, dll.

Sejauh pengetahuan saya hingga detik ini, itu saja yang dapat saya simpulkan.

Naga adalah "Dragon"?
Sebagai penulis novel fantasi Indonesia pemula, saya sempat dilematis juga ketika memutuskan untuk membedakan Dragon dan Naga, teman-teman saya menyuruh saya untuk mengganti kata Dragon dengan kata Naga dan bersikeras bahwa keduanya sama saja dan bahkan mengkritik saya untuk lebih menghargai bahasa asli Indonesia.

Tapi, apakah Naga memang adalah Dragon?
Bila melihat dari bentuknya, Naga asli berasal dari Hindu dan berwujud setengah manusia dan setengah ular. Maka dari itu kadang Naga dibedakan dari Dragon sekalipun kita orang Indonesia nekad menggeneralisasikan semua jenis ular-ularan dan reptil sebagai "Naga". Apakah ini saatnya kita mulai menggunakan term-term partikular agar orang-orang yang hanya berenang-renang di permukaan saja akhirnya dapat membedakan mereka?

Secara definisi, Dragon adalah sosok serpentine yang tidak berarti "ular", namun "seperti ular" dan memiliki ciri khas reptil. Naga Hindu memiliki tubuh bagian bawah menyerupai ular dan tubuh bagian atas menyerupai manusia. Lantas apakah mereka tetap ular?

Mari melihat contoh terdekatnya yaitu Mermaid, makhluk setengah ikan dan setengah wanita. Apakah mereka adalah ikan? Atau mereka adalah manusia ikan? Saya sendiri sebenarnya belum dapat menentukan apakah mereka sejenis ikan atau manusia, tapi yang pasti, mereka hidup di lautan.

Namun bagaimana dengan contoh hybrid lainnya, yaitu Cockatrice a.k.a Basilisk, makhluk setengah ayam dan setengah Wyvern (Dragon). Konon makhluk ini "ayam banget". Lahirnya menetas dari telur ayam, badan ayam, kepala ayam, punya jengger, dan unsur Dragon dalam dirinya hanya ekor.  Alih-alih menyemburkan api, ayam berekor Dragon ini menyemburkan racun dan tatapannya bisa membuat yang dilihatnya menjadi batu. Namun begitu, Cockatrice tetap digolongkan dalam salah satu jenis "Dragon".

Mari menilik dari kutipan yang saya ambil dari website BlackDrago :
"In Sanskrit, the word Naga means "Serpent". They were connected to many different things. For instance, in East India they were connected to both the Serpent Spirit and the Dragon Spirit. However, in India, Egypt, Central and South America they were a symbol of wisdom.
Naga seem to have come from India, and they are said to have lived underground in the Patala, a very watery region. They are semi-divine creatures, as they work with the gods.
They were patrons of clouds and water, and people seldom disturbed them. Why? They could cause droughts and flooding if they were displeased.
They are depicted as a serpent with the head of a human. They don't have wings, but they were sometimes know as shape-shifters, changing from humans to snakes at their will."
Bagaimanapun juga Naga Hindu memiliki ciri khas dengan "Dragon"-"Dragon" lain di seluruh dunia. Berhubungan dengan cuaca dan supernatural. Saya belum menemukan teori mengenai asal usul mengapa orang India menciptakan Naga dalam mitologi mereka. Namun sebagai seorang pecinta kebudayaan yang menganut empirisme, izinkan saya untuk mengemukakan sebuah teori tentang ini.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sosok ular kobra sangat dihormati di India. Bima yang diracuni Kurawa pun selamat dari racun setelah digigit ular, dan setahu saya, ular kobra juga merepresentasikan figur penyembuh bagi kebudayaan India. Mungkin karena inilah ular kobra begitu dihormati dan akhirnya orang terinspirasi untuk menciptakan figur manusiawi bagi ular kobra ini atau sebaliknya, manusia yang begitu dihormati, kemudian diberikan tubuh ular kobra sebagai bentuk penghargaan. Ini yang dapat saya pikirkan mengenai asal-usul Naga, berdasarkan keyakinan bahwa setiap manusia memiliki daya fantasi. 

Lalu, apakah Naga adalah Dragon?
Buat saya, Naga adalah salah satu jenis "Dragon".
Tapi saya masih terbuka terhadap argumentasi lain yang sekiranya cukup masuk akal.